Senin, 03 September 2012

spesifikasi f-16 tni AU

Pesawat Tempur F-16 A/B TNI AU PDF Cetak Surel
Ditulis oleh admin   
Selasa, 04 Januari 2011 14:56
skuadron udara 3 yang berkedudukan di Iswahyudi, Madiun, diawali dengan kebutuhan Indonesia akan pesawat tempur yang berdaya gempur tinggi dan berteknologi tinggi pada saat itu yaitu di era tahun 80-an. Indonesia butuh pesawat demikian dengan tujuan untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara lain dalam penguasaan dan pemilikan jet tempur berteknologi tinggi. Oleh karena itulah, Menhankam/ Pangab M. Yusuf mewakili Presiden Soeharto ingin menyatakan permintaan langsung kepada Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk diperbolehkan membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.
Proyek pengadaan F-16 yang kemudian di pimpin oleh Marsekal Muda TNI S. Adi ini di beri nama “Proyek Bimasena” dengan berbagai persiapan di antaranya pembuatan hanggar, taxi way serta bangunan lain yang dapat menunjang operasional F-16 di lapangan udara Iswahyudi, Madiun.
Kontrak pembelian F-16 dari AS ke pemerintah RI ditanda tangani pada tanggal 30 Agustus 1986 dimana pada kontrak tersebut dinyatakan bahwa RI membeli 12 pesawat F-16 Fighting Falcon dengan paket harga pembelian dari AS sebesar 329 juta dolar. Paket pembelian ini termasuk pembelian pesawat, pelatihan penerbang dan crew teknisi, ongkos pengiriman pesawat dan juga spare part pesawat untuk 2 tahun pemakaian mencakup 107.000 item.
F-16 adalah pesawat canggih buatan General Dynamics, AS, yang bisa membawa 4.500 kilogram bahan peledak dan 2 rudal sidewinder. F-16 cenderung dibuat berdasarkan cetak biru kelas ringan sebagai penanding MiG-17 dan MiG-21.Pesawat berawak tunggal/ganda dengan bobot 17 ton ini merupakan jenis pertama yang dilempar ke pasaran internasional setelah General Dynamics mampu mencetak prototipe yang lebih canggih, yakni F-16A dan F-16D. Indonesia cuma memiliki F16A jenis pesawat latih dan F-16B untuk operasional.
Indonesia tecatat memiliki sepuluh F-16. Namun akibat embargo bantuan militer yang diberlakukan pemerintah AS sejak 1999, pasca jajak pendapat di Timor Timur, TNI harus berupaya segala cara sehingga akhirnya enam di antara burung besi itu masih dapat beroperasi. Untuk menyiasatinya, TNI AU menerapkan sistem kanibal untuk merawat pesawat-pesawat tempurnya. Beberapa pesawat tempur sengaja diambil onderdilnya guna menutup kekurangan pesawat yang lain. Dengan strategi seperti itu diharapkan TNI AU tetap bisa menyiagakan armada tempurnya.
Dengan sistem kanibal, saat ini enam pesawat F-16 produksi AS dapat dikategorikan layak terbang. AS menggunakan sistem super control item untuk suku cadang pesawat ini. Sistem tersebut memungkinkan AS untuk memberikan lisensi pada negara produsen suku cadang pesawat tempur.
Pesawat tempur F-16 yang digunakan dalam darurat militer di Aceh adalah jenis "Sonic Boom", yakni pada saat pesawat itu mencapai kecepatan suara maka Sonic Boom tersebut akan melepaskan suara yang keras.

Spesifikasi :
Pabrikan : General Dynamics
Jenis : F-16 Fighting Falcon
Fungsi utama : Jet pemburu multi fungsi
Panjang : 49 ft 3 in (15.03 m)
Tinggi : 16 ft 8 in (4.95 m)
Radar : AN/APG-68 pulse- Doppler
Kru : Satu atau dua tergantung model
Mesin : 1 Pratt &Whitney F100- PW-100 or -220 turbofan or I General Electric F110-GE-100 turbofan
Kecepatan : 1,500 mph
Persenjataan : Udara – Udara dan Udara – Darat
Berat Kosong : 18,238 Ib (8,273 kg) Berat Tempur (2 Sidewinder AAMs) F100-PW-220 : 26,250 Ib(11,907kg)
Berat Tempur (2 Sidewinder AAMs) F100-GE-100 : 28,900 Ib (13,109 kg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar