Senin, 22 Oktober 2012

5 Pesawat Tempur Remote Control di Dunia

1. General Atomics MQ-9 Reaper
Turboprop MQ-9 adalah UAV pemburu-pembunuh pertama yang didesain untuk daya jelajah jauh dan kemampuan terbang sangat tinggi. Dalam mode pembunuh UAV ini dapat membawa rudal udara ke darat, Hellfire, hingga 14 buah, atau campuran antara rudal Hellfire dan bom dengan pemandu laser. Senjata-senjata tersebut di kendalikan oleh seorang pilot yang berada di pusat pengendali.
  

 
Turboprop MQ-9 memiliki kecepatan maksimum 300 mph, mampu terbang sampai ketinggian 50.000 kaki dan mampu terbang dalam waktu 14 dengan beban penuh. Berat pesawat saat lepas landas adalah 10.500 pound (5.250 kg) dengan bentangan sayap selebar 66 kaki (22m).

Sebagai perbandingan, pesawat tempur dengan berawak seperti F-16, mempunyai berat maksimum saat lepas landas sebesar 42.000 pound (21 ton). Keunggulan The Reaper yang lain adalah kemampuannya di program untuk terbang secara mandiri, di mana pesawat tempur berawak harus selalu di pantau dari pangkalan. tetapi pesawat selalu dipantau atau dikontrol oleh aircrew tanah.

Pesawat UAV pendahulunya adalah General Atomic’s QM-1 Predator, yang katanya telah membuat hancur Thaliban di Afghanistan.
 

2. Lockheed Martin RQ-170 Sentinel 
UAV ini dikembangkan oleh Skunk Works milik Lockheed Martin yang telah menghasilkan pesawat mata-mata U-2, SR-71 dan pesawat siluman F-117. Seperti halnya F-117, RQ-170 Sentinel merupakan “sayap terbang” atau lebih tepatnya jet stealth UAV.

 
Mendapat julukan sebagai “Beast of Kandahar” setelah terlihat di pangkalan udara Kandahar, Afghanistan, namun sangat sedikit yang diketahui tentang pesawat ini. Menurut majalah Aviation Week memperkirakan, RQ-170 Sentinel memiliki lebar sayap 66 kaki dan berat lepas landas dari 8500 pound.

Pihak AU AS sendiri enggan menjelaskan keberadaan UAV ini, hanya mengatakan bahwa RQ-170 akan langsung mendukung kebutuhan intelijen pada pertempuran : pengawasan dan pengintaian target (surveillance and reconnaissance).
 

3. Northrop Grumman Global Hawk RQ-4

UAV buatan Northrop Grumman ini memiliki rentang sayap 116 kaki dengan berat maksimum saat lepas landas 26.750 pound, hal ini menjadikan RQ-4 sebagai UAV terbesar yang telah beroperasi saat ini.


Q adalah sebutan Departemen Pertahanan bagi sistem pesawat tak berawak. RQ-4 Global Hawk memiliki kemampuan terbang tinggi dan jarak tempuh yang jauh. UAV ini di operasikan untuk menyediakan data intelijen, pengawasan dan pengintaian di medan perang di seluruh dunia, namun dapat juga di gunakan pada misi selain perang.


Selain itu, UAV ini juga sanggup beroperasi di hampir semua kondisi cuaca, baik siang maupun malam dan diproyeksikan akan menggantikan pesawat mata-mata U-2. UAV ini dapat terbang hingga ketinggian 60.000 kaki dan dikendalikan dari pusat kendali oleh tiga orang kru : pilot peluncur dan pengendali, pilot pengendali misi dan seorang operator sensor.


4. AAI Corporation RQ-7 Shadow

Tidak seperti kebanyakan UAV, yang lepas landas dan mendarat di landasan pacu seperti pesawat biasa. RQ-7 Shadow diluncurkan ke udara hingga ketinggian 30 kaki dengan menggunakan peluncur hidrolik dan ketika mendarat ia harus mengait sebuah mekanisme penghenti seperti yang di lakukan pesawat tempur ketika mendarat di atas kapal induk


RQ-7 di operasikan oleh AD dan Korps Marinir AS, bertugas mengirimkan full-motion video, baik siang maupun malam hari dengan jarak hingga 75 mil. UAV ini dapat melayang selama sembilan jam, memiliki kecepatan jelajah 90 knot dan dapat mencapai ketinggian 15.000 kaki. RQ-7 di dorong oleh baling-baling yang gerakkan oleh mesin berbahan bakar bensin, secara keseluruhan memiliki berat 460 pound dengan bentangan sayap sepanjang 20 kaki.


 
5. AeroVironment Puma-AE
Puma-AE (AE= all environment / segala medan) dirancang untuk operasi di darat dan di laut, sehingga mampu mendarat di tanah atau di air laut.


Bertugas untuk berbagai misi, diantaranya adalah: intelijen, pengawasan, penilaian target dan pengintaian. UAV ini memiliki bobot hanya 13 pound dan di luncurkan dengan menggunakan tangan, panjanng rentang sayapnya 9 kaki serta mampu melayang selama dua jam dan ketinggian terbang maksimalnya 500 kaki.

Penyebab Ban Pesawat Sangat Kecil di Banding Tubuh Pesawat Sumber : http://www.unikgaul.com/2012/02/pesawat-ban-pesawat-sangat-kecil-di.html#ixzz2A4xCXrc3

Ban pesawat terbang dirancang secara khusus untuk mampu menahan beban yang berat, memberikan rasa nyaman pada penumpang, dan bertahan ketika pesawat bergerak di landasan dengan kecepatan yang cukup tinggi.


Sebenarnya, ukuran ban pesawat terbang hampir sama dengan ukuran ban mobil. Memang ukuran ini tampak kecil bila dibandingkan dengan ukuran pesawat. Mengapa dipilih ban kecil, sebab ban dengan ukuran yang terlalu besar menyulitkan ban tersebut menahan torsi berat pesawat.

Ban pesawat bukan ban yang padat. Di dalamnya ada gas/udara dengan tekanan yang cukup besar, sekitar enam kali lebih besar dari tekanan ban mobil penumpang. Tekanan sebesar ini dibutuhkan untuk menahan berat pesawat yang besar. Kelenturan atau deflection (perbedaan tinggi ban sebelum dan sesudah dipasang) ban pesawat sekitar 2 - 3 kali lebih besar dari ban mobil.

Kelenturan yang tinggi ini membuat penumpang pesawat lebih nyaman ketika pesawat mendarat. Ban pesawat juga diharapkan mampu bertahan ketika pesawat bergerak dengan kecepatan sekitar 340 km/jam atau sekitar dua kali kecepatan maksimum mobil.

7 Pesawat Terburuk di Dunia

1. TUPOLEV TU-144
Pesawat yang mirip dengan Concorde ini adalah pesawat supersonic pertama yang dibuat Rusia yang mencapai kecepatan March 2 (2 kali kecepatan suara),
pesawat yg dijuluki “Concordski” ini begitu cepat namun tertimpa kesialan yg bertubi-tubi, 3 pesawat jatuh salah satunya jatuh ketika beraksi di Paris Air Show 1973 yg disaksikan beribu pasang mata.
Suatu kecelakaan yg dramatis sehingga pesawat ini akhirnya hanya dijadikan sebagai pesawat pengantar surat oleh pemerintah Rusia, pada tahun 1985 pesawat ini berhenti mengudara.

2. B.O.A.C. de Havilland Comet
COMET merupakan pesawat jet komersial Inggris pertama sekaligus merupakan kebanggan inggris ketika mengudara pertama kalinya pada tahun 1949, tapi sekarang hanya dikenang sebagai pesawat yang sangat tidak aman untuk terbang, dari 114 yang diproduksi 13 diantaranya jatuh karena cacat produksi karena salah satu material logam dari pesawat itu mudah rusak.

3. H-4 Hercules
The “Spruce Goose” begitu pesawat ini dijuluki adalah pesawat paling pintar sekaligus paling besar namun juga merupakan pesawat paling mubadzir yang pernah dimiliki pemerintah Amerika.
Dengan rentangan sayap yang panjangnya 319 Feet atau sekitar 97 meter pesawat ini rencananya akan dipakai untuk perang dunia II, namun setelah perang dunia II berakhir pesawat ini belum selesai dibuat, setelah selesai diproduksi pesawat ini hanya pernah terbang 1 kali saja.

4. LWS-4 Zubr
Zubr merupakan pesawat yang buruk sekaligus tak bermanfaat, selain tidak nyaman ketika terbang juga bisa hancur tanpa peringatan ketika menerima tekanan udara yang tinggi, tak hanya itu pesawat ini tidak mampu terbang ketika dimuati hanya beberapa dus rokok saja.
Pesawat ini pernah terbang beberapa kali ketika perang dunia II namun tidak pernah terlibat dalam pertempuran.

5. Christmas Bullet
Nama yang bagus, pesawat yang buruk, Dr. William Christmas melupakan 1 hal ketika mendesain pesawat ini, dia tidak tahu kalau sayap pesawat model ini butuh penopang alhasil ketika terbang perdana pada tahun 1918 sayap pesawat ini hancur berantakan dan jatuh.
Beginilah seharusnya model pesawat yang butuh penopang dan yang tidak :

6. Beechcraft Starship
Dengan konstruksi carbon-composite, desain yang unik dan mesin turbo dibelakang, Starship merupakan suatu terobosan baru namun pesawat ini terlalu lamban, sukar untuk diterbangkan dan sulit untuk di pelihara.
Pesawat ini mengudara pada tahun 1989 tetapi hanya laku beberapa unit saja dari 53 buah yang dibuat.

7. Hiller VZ-1
Hiller VZ-1 tampak bagus diatas kertas namun tampak jelek diudara. Idenya sederhana saja, sebuah kipas berputar dan putaran itu menghasilkan dorongan keatas, sementara sang pilot mengendalikan pesawat sambil berdiri.
Departemen pertahanan Amerika jatuh cinta dengan model pesawat ini tetapi ketika diterbangkan diatas kecepatan 16 Mil/jam pesawat ini sulit dikendalikan bergerak kesana-kemari akhirnya project ini dihentikan pada tahun 1950an.

10 Kecelakaan Pesawat Terbang Paling Tragis

Tidak ada kecelakaan mobil yang begitu menakutkan atau mematikan seperti kecelakaan pesawat, meski banyak terjadi setiap hari. Berikut ini adalah daftar sepuluh kecelakaan pesawat terbang yang paling banyak menimbulkan korban tewas dalam sejarah. Tidak termasuk bencana yang disebabkan oleh bom.



10. Korean Airlines Penerbangan 007, 1983


Lokasi: Laut Okhatsk dekat Pulau Moneron, Uni Soviet
Meninggal: 269 orang
Selamat: -

Pesawat Korean Airlines Penerbangan 007 sedang dalam perjalanan dari New York ke Seoul dengan transit di Anchorage, Alaska. Akibat kesalahan sistem navigasi, penerbangan dari Anchorage menuju Seoul menyimpang sedikit ke Utara, tidak lama setelah lepas landas.

Setelah menyadari melalui jalur yang salah, kru pesawat mencoba mengembalikan ke jalur yang benar. Saat itu, pesawat berada di atas pangkalan militer Uni Soviet. Korean Airlines 007 memang tak seharusnya melewati pangkalan Soviet, melainkan melewati Samudra Pasifik dan Jepang.
Tragisnya hubungan kedua negara adidaya itu (AS dan Uni Soviet) sedang tidak baik. Radar Uni Soviet mengira bahwa Korean Airlines 007 adalah pesawat mata-mata Amerika Serikat. Soviet lalu mengirim beberapa pesawat Sukhoi Su-15 untuk menembaknya. Setelah ditembak, api menyala di bagian belakang pesawat. Kemudian, pesawat itu tidak seimbang dan menjadi dua bagian. Pesawat lalu jatuh ke laut Okhatsk 12 menit kemudian. Peristiwa ini menewaaskan 240 penumpang dan 29 awak. Kecelakaan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Korea Selatan


9. American Airlines Penerbangan 191, 1979

Lokasi: Bandara O’Hare, Des Plaines, AS
Meninggal: 273 orang, termasuk 2 jiwa di darat
Selamat: -

American Airlines Penerbangan 191 adalah sebuah pesawat Mcdounnall Douglas DC-10 yang jatuh di kompleks Chicago. llinois, Amerika Serikat saat hendak lepas landas dari Bandara Internasional O’Hare pada 25 Mei 1979. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 258 orang dan 13 awak ditambah 2 orang di darat, dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Chicago menuju Los Angeles dan telah bersiap untuk lepas landas. Saat lepas landas (tepatnya ketika rotate – menaikan hidung pesawat), mesin kiri pesawat terayun-ayun dan terlepas. Ketika terlepas, mesin tersebut mengenai bagian depan sayap dan merusak sistem hidrolik pesawat secara keseluruhan.
Ketika menyadari apa yang terjadi, pilot melambatkan kecepatan pesawat. Pesawat tersebut menjadi miring ke kiri dan jatuh di lapangan kosong dekat tempat parkir trailer di ujung landasan. Puing-puing mesin kiri pesawat ditemukan berceceran di landasan pacu sesaat setelah pesawat tersebut jatuh.


8. Iran Airlines Penerbangan 655, 1988

 

Lokasi: Teluk Persia
Meninggal: 290 orang
Selamat: -

Iran Airlines Penerbangan 655 (IR655) adalah pesawat Airbus A300 komersial yang ditembak jatuh oleh rudal kapal perang AS USS Vincennes pada 3 juli 1988, di atas Selat Hormuz, pada akhir masa perang Iran-Irak. Pesawat ini sedang terbang dari Bandara Abbas Iran ke Dubai Uni Emirat Arab ketika dihancurkan oleh rudal AS. Kejadian ini menewaskan seluruh 290 penumpang dan awak kapal, termasuk 66 anak-anak. Ini adlah angka kematian tertinggi dari semua insiden penerbangan di Samudra Hindia dan semua insiden yang melibatkan Airbuss A300 di dunia.

Saat itu Vincennes sedang melewati Selat Hormuz, di dalam wilayah perairan Iran, dan saat serangan, IR655 juga dalam berada dalam wilayah udara Iran. Menurut pemerintah AS, para kru mengidentifikasi IR655 sebagai pesawat tempurF-14 Tomcat. Sedangkan menurut pemerintah Iran, Vincennes sengaja menembak jatuh pesawat sipil.
Pada tahun 1996, Amerika Serikat dan Iran mencapai kesepakatan dalam penyelesaian yang terkait dengan insiden itu di Mahkamah Internasional. AS setuju untuk membayar US$ 61.800.000 sebagai kompensansi kepada keluarga korban Iran. Namun secara resmi, AS tidak pernah mengaku bersalah atau meminta maaf kepada Iran.


7. Air Afrika Crash, 1996

 

Lokasi: Kinshasa, Republik Demokratik Congo
Meninggal: kurang lebih 300 orang, termasuk 2 awak pesawat
Luka parah: 253 orang

Ini adalah kecelakaan pesawat udara paling mematikan bagi orang di darat. Tidak banyak informasi tentagn kecelakaan ini, mungkin karena lokasi dan ilegalitas. Pesawat kargo yang disewa dari Rusia ini, dalam kondisi kelebihan beban, mungkin membawa senjata untuk kelompok militer Angola. 

 Saat tingal landas, pesawat tidak mencapai kecepatan yang tepat, namuntetap berusasha untuk terbang. Akhirnya, pesawat menabrak pasar di dekatnya dan meledak dalam bola api, membunuh sekitar 300 orang, termasuk 2 awaknya dan 253 luka parah.


6. Saudi Penerbangan 163, 1980

 

Lokasi: Riyadh, Arab Saudi
Meninggal: 301 orang
Selamat: -

Enam menit setelah Saudia 163 Airlines lepas landas dari Riyadh, terdengar peringatan tentang asap di dalam kompartemen kargo. Para kru menghabiskan empat menit untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan, lalu akhirnya kembali ke bandara.
Kerusakan akibat api memaksa mereka untuk mematikan mesin bagian tengah. Pesawat mendarat dengan selamat, tetapi pesawat terus bergulir di landasan, menjauh dari kendaraan darurat yang sedang menantinya. 

Akibatnya, penyelamatan pun terlambat. Ditambah lagi, pintu-pintu tidak dapat dibuka oleh petugas penyelamat sampai lima belas menit setelah pendaratan. Akibatnya, semua penumpang dan awak pesawat meninggal karena menghirup asap selama awal evakuasi. Setelah kejadian ini, sumber api masih belum dapat diketahui.

  
5. Iran IIyushin II-76, 2003

 
Lokasi: dekat Kerman, Iran
Meninggal: 302 orang
Selamat: -

Photo: militaryfactory.com
Kecelakaan Iran IIyushin II-76 adalah kecelakaan pesawat paling mematikan di Iran. Kecelakaan yang terjadi tanggal 19 Februari 2003 ini, menewaskan 302 orang, kebanyakan dari mereka anggota Garda Revolusi Iran. Kecelakaan ini memiliki sedikit sekali informasi. 

Laporan resmi mengatakan penyebab dari kecelakaan ini adalah akibat cuaca buruk, yaitu angin kencang dan kabut tebal. Beberapa sumber berspekulasi bahwa kecelakaan itu mungkin akibat tabrakan di udara, masalah mekanis, atau aksi teroris.


4. Turkish Airlines Penerbangan 981, 1974

 

Lokasi: Ermenonville, dekat Senlis, Prancis
Meninggal: 346 orang
Selamat: -

Turkish Airlines Penerbangan 981 adalah kecelakaan pesawat dengan angka kematian tertinggi di Prancis dan angka kematian tertinggi dari semua kecelakaan pesawat DC-10 di dunia.
Tanggal 3 Maret 1974, pesawat ini terbang dari Paris menuju London. Ketika terbang di atas kota Meaux, Prancis, terdengar suara ledakan dari pintu kargo belakang. Kemudian lantai kabin diatas kargo runtuh, menghancurkan kendali pesawat. 

Para pilot berjuang untuk mengendalikan pesawat selama 72 detik sebelum akhirnya jatuh di hutan. Pesawat pun hancur dan menewaskan semua penumpang serta awaknya. Penyebab dari kecelakaan ini adalah akibat kerusakan pintu kargo belakang.


3. Tabrakan Udara di Charki Dadri, 1996

 

Lokasi: Charkhi Dadri, India
Meninggal: 349 orang
Selamat: -

Pada 12 November 1996, Kazakhstan Airlines penerbangan 1907 yang membawa 27 penumpang dan 10 kru akan mendarat di bandara Delhi, India. Kru kokpit memiliki keterbatasan berbahasa Inggris sehingga mereka hanya mengandalkan operator radio Kazakhstan. Saat itu, pesawat aman untuk turun hingga ketinggian 4.600 kaki, tetapi operator radio gagal menginformasikan kepada kru tetap pada ketinggiannya, pesawat pun terus mengurangi ketinggiannya.
Sementara, Saudi Arabian Airlines Boeing 747 yang membawa 312 penumpang lepas dari bandara Delhi dan mengarah ke pesawat Kazakhstan.

 Kru pesawat diinformasikan aman hingga ketinggian 4.300 kaki. Pada saat yang sama, pesawat Kazakhstan telah turun melewati ketinggian 4.300 kaki, dan pastilah pesawat ini melintas di bawah pesawat Arab Saudi. Namun celakanya, operator Kazakhstan baru menginformasikan kru agar tetap pada ketinggian 4.600 kaki. Secara otomatis, kru pesawat menaikkan lagi pesawatnya, hingga akhirnya tabrakan pun tak bisa dihindari. Semua penumpang kedua pesawat, yaitu 349 orang tewas. Ini merupakan tabrakan di udara paling mematikan dalam sejarah penerbangan.


2. Japan Airlines Penerbangan 123, 1985

 
 Lokasi: Ueno, Jepang
Meninggal: 520 orang
Selamat: 4 orang

Japan Airlines Penerbangan 123, sebuah Boeing 747, jatuh di gunung Takamagahara 100 km dari Tokyo, pada 12 Agustus 1985. Kecelakaan pesawat ini merupakan yang terparah dalam sejarah. Seluruh 15 awak pesawat meninggal, dan 505 dari 509 penumpang meninggal.
Kecelakaan disebabkan oleh bagian ekor pesawat yang lepas sekitar 12 menit setelah lepas landas, akibatnya pecahnya dinding penyekat bagian buritan. 

Terlepasnya bagian ekor ini merusak sistem hidrolik pesawat secara keseluruhan, mengakibatkan pesawat hanya melayang-layang “tak terkontrol” selama sekitar 30 menit sebelum akhirnya jatuh.
Sebenarnya, pilot mencoba mencari tempat mendarat darurat. Mula-mula kembali ke Bandara Haneda di Tokyo, tempat pesawat ini lepas landas. Ketika pesawat semakin tidak terkendali, pilot mencoba terbang menuju pangkalan militer Amerika Serikat di Yokota. Namun semua usaha tersebut sia-sia.


1. Musibah Tenerife, 1957

Lokasi: Bandara Tenerife, Kepulauan Canary
Meninggal: 582 orang
Selamat: 61 orang

Pada 27 Maret 1977, dua Boeing 747 bertabrakan di Bandara Internasional Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary. Pesawat yang terlibat, yaitu Pan Am Pnerbangan 1736 dan KLM Penerbangan 4805. KLM melakukan lepas landas di satu-satunya bandara tersebut tanpa izin dari Air Traffic Controller (ATC). Pada saat yang sama, Pan Am sedang menyeberangi landasan yang sama untuk bersiap berangkat. 

Pilot KLM sempat memaksa pesawatnya lepas landas, namun baru menempuh 30 meter pesawatnya menabrak Pan Am.
Jumlah korban tewas dari pesawat Pan Am adalah semua 234 penumpang dan 14 awaknya, sedangkan Pan Am 9 dari 16 awak tewas dan 265 dari 317 penumpang tewas. Kecelakaan ini merupakan peringkat tertinggi kematian manusia dalam sejarah penerbangan.
Investigasi menunjukkan bahwa, selain usaha lepas landas KLM tanpa izin ATC, kecelakaan ini disebabkan juga oleh kebingungan pilot kedua pesawat oleh intruksi ATC yang berlogat Spanyol, serta pilot KLM tidak menggunakan bahasa standar penerbangan sehingga membingunkan ATC. Selain itu, peralatan komunikasi dan lainnya juga tidak memadai untuk mengawasi pergerakan pesawat. Kondisi ini diperparah oleh kabut tebal yang melanda daerah itu.

5 Kecelakaan Pesawat Terparah di Indonesia

Dalam sejarah penerbangan nasional, terdapat beberapa musibah kecelakaan pesawat terbang yang menggemparkan dan memilukan. Berikut beberapa kecelakaan pesawat di Indonesia yang menyita perhatian karena jumlah korban yang mencapai ratusan orang.

1. Kecelakaan Garuda Indonesia Penerbangan GA 152, 1997 (222 orang tewas)
 Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 milik Garuda Indonesia yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia (sekitar 32 km dari bandara dan 45 km dari kota Medan). Pesawat ini saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26 September 1997.

Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia. Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan dan telah bersiap untuk mendarat.


Menara pengawas Bandara Polonia kehilangan hubungan dengan pesawat sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan. Ketebalan asap menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari menara kontrol Polonia.


Namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung. Pesawat tersebut meledak dan terbakar, menewaskan seluruh penumpang dan awaknya.


Dari seluruh korban tewas, ada 44 mayat korban yang tidak bisa dikenali yang selanjutnya dimakamkan di Monumen Membramo, Medan. Di antara korban jiwa, selain warga Indonesia, tercatat pula penumpang berkewarganegaraan Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.


2. Kecelakaan SilkAir Penerbangan 185, 1997 (104 orang tewas)

Penerbangan 185 adalah layanan penerbangan komersial rutin maskapai penerbangan SilkAir dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia ke Bandara Changi, Singapura. Pada tanggal 19 Desember 1997, sekitar pukul 16:13 WIB, pesawat Boeing 737-300 yang melayani rute ini mengalami kecelakaan jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Seluruh 104 orang yang ada di dalamnya (97 penumpang dan 7 awak kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way Ming dari Singapura dan kopilot Duncan Ward dari Selandia Baru. Investigasi kecelakaan ini dilakukan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia bersama dengan tim ahli dari NTSB Amerika, Singapura, dan Australia.


Pada tanggal 14 Desember 2000, KNKT mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa penyebab kecelakaan tidak dapat diketahui (undetermined). Namun, NTSB memiliki pendapat yang berbeda. Menurut mereka, kecelakaan ini disebabkan oleh tindakan Kapten Tsu yang sengaja menjatuhkan pesawatnya ke laut (bunuh diri).


3. Kecelakaan Adam Air Penerbangan KI-574, 2007 (102 orang tewas)



black box KI-574

Penerbangan KI-574 adalah sebuah penerbangan domestik terjadwal Adam Air jurusan Surabaya-Manado, yang hilang dalam penerbangan. Mengoreksi kekeliruan laporan sebelumnya, pesawat sampai saat ini masih berstatus hilang.

Kotak hitam ditemukan di kedalaman 2000 meter pada 28 Agustus 2007. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 96 penumpang dan 6 awak pesawat. Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS) dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.


4. Kecelakaan Mandala Airlines Penerbangan 091, 2005 (101 orang tewas)


Penerbangan RI 091 merupakan sebuah pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines yang jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Indonesia pada 5 September 2005. Kecelakaan ini terjadi saat pesawat jurusan Medan-Jakarta ini sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan. Dari 117 orang (112 penumpang dan 5 awak), penumpang selamat berjumlah 16 orang dan 44 orang di darat turut menjadi korban.

Penelitian awal yang dilakukan KNKT dengan tim investigasi National Transportation Safety Board dari Amerika Serikat menemukan bahwa terdapat kerusakan yang menyebabkan salah satu mesin pesawat tersebut tidak bertenaga.


Namun, masih diselidiki apakah kondisi tersebut telah ada sebelum atau sesudah pesawat terempas dan meledak. Selain itu, beberapa hari setelah kejadian, muncul laporan yang menyebutkan bahwa pesawat tersebut membawa kargo berupa durian yang berbobot 2 ton, sehingga hampir mencapai batas berat maksimum yang mampu diangkut pesawat.


5. Kecelakaan Pesawat C-130H Hercules, 2009 (100 orang tewas)


Kecelakaan Pesawat C-130H Hercules 2009 adalah kecelakaan pesawat menewaskan 98 orang penumpang dan 2 orang warga lokal, yang terjadi di Indonesia pada 20 Mei 2009. Pesawat Hercules Angkatan Udara Indonesia tipe C-130 Hercules membawa 112 orang (98 penumpang dan 14 kru) dan kecelakaan terjadi pada 6:30 waktu lokal (23:30 UTC), penerbangan dari Jakarta menuju Jawa Timur.

Pesawat menghantam daratan dan rumah sebelum mendarat di sawah, di desa di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat berusaha mendarat di Bandar Udara Iswahyudi, tapi jatuh sekitar 5,5 kilometer barat laut. Pesawat meledak dan terbakar ketika jatuh. Kondisi penerbangan dan cuaca dalam kondisi baik ketika terjadi kecelakaan.

Ancaman Bom di Lion Air Cuma Cari Sensasi

Berita Satu
BERITASATU.COM - Setelah dilakukan penyisiran tidak ditemukan adanya bahan peledak.
Ancaman bom terhadap Pesawat Lion Air Boeing 737 dengan nomor penerbangan JT 568 tujuan Yogyakarta-Denpasar di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, tidak terbukti karena hanya ancaman orang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan keresahan.
"Kami telah melakukan pengecekan ulang barang-barang penumpang baik yang ada di bagasi pesawat dan penumpang dari Yogyakarta, tidak ditemukan bahan peledak. Ini hanya ancaman gombal untuk mencari sensasi," kata Airport Duty Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Izuddin di Yogyakarta, Minggu malam.
Ia mengatakan, ancaman bom dari penelpon gelap dengan nomor telepon 0818349696. Penelpon gelap menghubungi operator Lion Air di Yogyakarta sebanyak dua kali pada 17.20 WIB dan 17.31 WIB. Dalam percakapan tersebut, penelpon gelap mengatakan bahwa ada bahan peledak yang berada di dalam tas yang ada dalam pesawat Lion Air.
"Pada awalnya, kami sudah yakin bahwa tidak ada bahan peledak dalam pesawat. Untuk lebih meyakinkan lagi, kami melakukan pengecekan ulang dengan sinar x. Pesawat Lion Air ini terbang dari Jakarta-Yogyakarta-Denpasar," jelas Izuddin.
Izuddin mengatakan, pihak PT Angkasa Pura juga melakukan pelacakan nomor telepon penelpon gelap. Pihaknya menduga, penelpon gelap melakukan tindakan tersebut karena sakit hati tidak mendapatkan tiket.
"Pada saat kami menelpon, penelpon gelap ini seperti orang mabuk atau dalam pengaruh alkohol," ujarnya.
Asisten Manajer Informasi dan Tapor Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Faizal Indra Kusuma mengatakan, ancaman bom tersebut tidak benar. Setelah dilakukan pemeriksanaan terhadap barang-barang penumpang, kemudian pesawat Lion Air dapat diberangkatkan kembali pada 21.25 WIB atau mengalami penundaan sekitar 55 menit.
"Total penumpang pesawat Lion Air sebanyak 200 orang. Pesawat sudah diberangkatkan tadi, dan tidak ditemukan bahan peledak seperti dalam ancaman," kata dia

Pesawat Sriwijaya Tergelincir di Pontianak Berhasil Dievakuasi

Pesawat Sriwijaya Tergelincir di Pontianak Berhasil Dievakuasi
PONTIANAK - General Manajer PT Angkasa Pura II Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, Abiyoso, mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu hasil investigasi dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air pada Jumat 19 Oktober.
"Saat tergelincir visibility masih baik, sekira 1.500 meter. Cuma ada cross wind dan angin mencapai 27-28 knot hingga peswat oleng," ungkap Abiyoso, Sabtu (20/10)/2012).
Dia menambahkan, cuaca saat itu juga baik untuk pendaratan. Buktinya, lima pesawat setelah kejadian tersebut berhasil mendarat dengan mulus.
Pengatur lalu lintas udara juga sudah mengizinkan pilot Sriwijaya untuk mendarat, namun eksekusi terakhirnya yang tidak mulus.
Pesawat, lanjut dia, sudah berhasil dievakuasi dini hari tadi. "Sekira pukul 00.04 WIB sudah bisa diangkat dari lokasi kejadian menggunakan eskavator," sambungnya.
Setelah posisi pesawat dinyatakan tidak membahayakan pesawat lain yang akan lepas landas atau mendarat, pihak PT Angkasa Pura II kemudian membuka kembali jalur penerbangan dari dan menuju Bandara Supadio.
Pesawat mengalami amblas di roda bagian depan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Sebanyak 156 penumpang berhasil dievakuasi dari pesawat.
Garuda Tergelincir, Bandara Sultan Syarif Kasim II Sempat Ditutup
Selasa, 17 Juli 2012 | 21:01 WIB
Dibaca: 3616
|
Share:
TRIBUN PEKANBARU/MELVINAS PRIANANDA Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 174 rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir di bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Selasa (17/7/2012). Seluruh penumpang dinyatakan selamat dan sejumlah penerbangan dari dan menuju Pekanbaru ditunda hingga proses evakuasi selesai dilaksanakan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Tergelincirnya pesawat Garuda Indonesia di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, menyebabkan operasional di bandara tersebut terganggu. Otoritas Penerbangan RI sempat menutup bandara untuk memperlancar proses evakuasi.
"Akibat kejadian itu bandara ditutup selama satu jam," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementeian Perhubungan, Bambang S Ervan, Selasa (17/7/2012).
Ia mengatakan, seluruh penumpang selamat dan sudah dievakuasi ke tempat yang aman. Pesawat tergelincir sekitar pukul 15.26 WIB dan bandara kembali dibuka pukul 17.55 WIB.
Bambang mengatakan pesawat yang mengalami insiden adalah pesawat dengan nomor penerbangan GA 174 rute penerbangan Jakarta-Pekanbaru. Pesawat tersebut membawa 164 penumpang.

Menurutnya, pesawat mengalami over run runway  sehingga seluruh ban terbenam di ujung landasan. "Mesin pesawat tidak mengalami masalah," ujarnya.(Hendra Gunawan)

Senin, 15 Oktober 2012

http://c.indoflyer.net/40011 Kompetisi Desain Cessna 172 Bandung Pilot Academy

Indoflyer, 9/11/2012 8:10:23 PM
 


Menyambut Bandung Air Show 2012, Bandung Pilot Academy (BPA) dan Indoflyer menyelenggarakan kompetisi desain colour scheme Cessna 172 milik BPA.
 
Syarat dan Ketentuan perlombaan :
-Registrasi pesawat (PK-IUA) yang terdapat dalam template Tidak dapat diubah posisi dan fontnya.
-Desain Colour Scheme sesuai dengan tema "Modern,Futuristik & Safety".dan menggunakan unsur Warna Biru,Merah & Abu-Abu
-Desain Colour Scheme hasil karya sendiri bukan karya orang lain
-Boleh menggunakan Media apapun baik Digital maupun karya tangan
*Bagi Karya tangan,Hasil karya d-scan terlebih dahulu
-Hasil karya Peserta desain colour scheme pesawat Cessna 172S dalam bentuk hard copy Kertas A4 atau soft copy beformat .JPEG, .PSD, atau .CDR :
• Soft copy dikirimkan ke e-mail yang sama pada saat pendaftaran : panitiasayembarabpa@gmail.com
atau
• Soft copy (dalam CD) dan hard copy (untuk hasil karya tangan) diserahkan ke stand BPA dan Indoflyer pada saat acara Bandung Air Show 2012.
paling lambat tanggal 28 September 2012
-Rancangan Desain Colour Scheme yang telah dikirimkan menjadi sepenuhnya milik Bandung Pilot Academy
 

Rabu, 03 Oktober 2012

Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN)


Tahun 1978:
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 50/OT/Phb-78, tentang "Susunan organisasi dan tata kerja pelabuhan udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN)", terbentuk kantor SENOPEN di 7 lokasi yaitu  MEDAN, PEKANBARU, PALEMBANG, SURABAYA, BALI, UJUNG PANDANG dan BIAK". Fungsi unit kerja kantor SENOPEN adalah pemberian pelayanan navigasi penerbangan.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

Tahun 1969:
Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada pemerintahan Orde Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 1969  guna menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan.
Pada tahun 1974 struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang sehingga diantisipasi dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan udara berstandar internasional, pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.

Direktorat Penerbangan Sipil

Tahun 1963:
Pada tahun 1963 Djawatan Penerbangan sipil dirubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring dengan perkembangan dunia usaha penerbangan.

Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil

Tahun 1952:
Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.

Asal nama Garuda Indonesia Airways

Tahun 1949: 
Pada tanggal 25 Desember 1949, Dr. Konijnenburg, mewakili KLM menghadap dan melapor kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta presiden memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di zaman kolonial, Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu")
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan bersejarah pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair yang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran,Jakarta untuk pelantikan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan logo dan nama baru, Garuda Indonesian Airways, pemberian Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.

Awal mula Penerbangan Berjadwal di Indonesia


Tahun 1929:

Dengan suksesnya penerbangan pertama Belanda ke Jakarta, masih diperlukan lima tahun lagi untuk dapat memulai penerbangan berjadwal. Penerbangan tersebut dilakukan oleh perusahaan penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) menggunakan pesawat Fokker F-78 bermesin tiga yang dipakai untuk mengangkut kantong surat. Kemudian pada tahun 1931 jenis pesawat yang dipakai diganti dengan jenis Fokker-12 dan Fokker-18 yang dilengkapi dengan kursi agar dapat mengangkut penumpang.

Rintisan Rute Penerbangan di Indonesia

Tahun 1928: 
Pada tanggal 1 November 1928 di Belanda telah berdiri sebuah perusahaan patungan KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) yang terbentuk atas kejasama Deli Maatschappij, Nederlandsch Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah Hindia Belanda dan perusahaan-perusahaan dagang lainnya yang mempunyai kepentingan di Indonesia. Dengan mengoperasikan pesawat jenis Fokker-F7/3B, KNILM membuka rute penerbangan tetap Batavia-bandung sekali seminggu dan selanjutnya membuka rute Batavia-Surabaya (pp) dengan transit di Semarang sekali setiap hari. Setelah perusahaan ini mampu mengoperasikan pesawat udara yang lebih besar seperti Fokker-F 12 dan DC-3 Dakota, rute penerbangan pun bertambah yaitu Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura seminggu sekali.

Penerbangan Pertama dari Belanda ke Jakarta

Tahun 1924:
Melihat adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun militer di Indonesia, maka pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat jenis Fokker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan penerbangan dari Bandara Schippol Amsterdam ke Batavia (sekarang Jakarta). Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan waktu selama 55 hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di Batavia dan berhasil mendarat di Cililitan yang sekarang dikenal dengan Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Penerbangan Pertama di Indonesia

Tahun 1913:
Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya. Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun tidak menewaskan penerbangnya.

Senin, 24 September 2012

about su27

The Su-33 is a high-tier fighter aircraft employed by the Estovakian Air Force, only operated by the 9th Tactical Fighter Squadron and Belkan War veteran Lorenz Riedel, all of which are faced in mission #09, "Heavy Command Cruiser". The SP Color obtained by shooting down Riedel is loosely based off of the design Russian Knights Demonstration Squadron. It is also piloted by aces Gene and Jean-Louis in the Ace of Aces version of same mission.
The Flanker-D is unlocked in campaign by completing "San Loma Assault". It possesses high speed, mobility, and air-to-air statistics, as well as durable armor for an aircraft of its type. However, the Flanker-D is relatively unstable at low speeds; as well, air-to-ground is quite low. Being centered on air combat, the Su-33D can be armed with QAAMs and XMA4 missiles, leaving the Rocket Launcher as its only air-to-ground weapon, which is quite strange, given the aircraft's low AG parameters, and unrealistic: unlike the baseline Su-AC6 Su-33.jpg27 Flanker, Su-33 can use guided air-to-ground weaponry.

about f-22r

The F-22 Raptor is one of the best fighters in the Ace Combat series, stat-wise. It is the main aircraft on the cover for most of the series (such as 04, X, Joint Assault and Assault Horizon). F-22 variants (such as the F-22C Raptor II or the FB-22 Concept) have been featured in all Ace Combat games with the exception of Air Combat Arcade, Ace Combat Advance and Ace Combat: Northern Wings. It is a stealth fighter aircraft that was intentionally built to replace the F-15C Eagle. Due to its exceptional maneuverability and speed, the F-22 is considered to be one of the best aircrafts in the world. The F-22 is the flagship plane for almost every Ace Combat game so far, and the F-22A is also the main aircraft of several aces in the Ace Combat series.

Contents

 [show

DescriptionEdit

The F-22 was first flown as the YF-22 in September 29, 1990 as part of the ATF program along with the YF-23A Black Widow II. After a hard-fought fly off, the F-22 was declared the winner in August 1991. The main production version of the F-22 Raptor (also known as the Lightning II, Rapier and SuperStar until April 9, 1997) first flew on September 7, 1997. This version entered service in December of 2005. Its primary role is as an Air Superiority fighter, similar in effect to the F-15C Eagle that it was slated to replace. At one point it was to have a carrier based variant similar to the swept-wing F-14 Tomcatfor the aircraft carrier Gerald R. Ford as seen in some pictures and articles. The F-22A was also known as the F/A-22 for a short time due to the fact that the Raptor has a secondary ground-attack role. However, the name changed back to F-22A on September 12, 2005. One of the best traits of the F-22A Raptor is its advanced AESA (Active Electronically Scanned Array) radar, which can detect enemy aircraft and missile launches as well as jam incoming hostile missiles; with its 2300 transmitters it is stronger than any other radar. Its standard supercruise speed is Mach 1.5, or around 1225 miles per hour, but it has been able to reach a top cruising speed of Mach 1.8. Its true top speed is still classified. It also has superb agility due to its high thrust-to-weight ratio, high angle of attack, low wing loading, advanced "fly-by-wire" control (the system enabling control over light combat aircraft), and thrust vectoring nozzles like F-15S/MTD. The missiles on the the aircraft are stored in internal weapon bays: two under the wing root that can store two AIM-9X Sidewinder missles each and one under the fuselage that can store six AIM-120C/D AMRAAMs or a variety of air to ground munitions, such as members of the JDAM family, like the GBU-38 500 lb JDAM, or the GBU-39 Small Diameter Bomb.
"This ultimate stealth fighter is the pride of the U.S. Armed Forces. Aside from flight performance, it has top class acceleration performance and a two-dimensional thrust deflect nozzle which also gives it outstanding maneuverability. Its preemptive strike power, called "first look, first shoot, first kill," is fitting for an aircraft with the name "Raptor," the master of the skies.
"
―Hangar description in Ace Combat Assault Horizon.
The description states it clear as the best fighter aircraft in real world.

about razgriz

The Razgriz Air Command Squadron, formerly known as Wardog Squadron and also known as “The Ghosts of Razgriz” is the main squad of Ace Combat 5. It is made up of Blaze, Edge, Archer and Swordsman, and was officially created on the 9th of December, 2010, after their first mission to save the kidnapped Osean President Vincent Harling. Marcus “Swordsman” Snow assisted them on this mission and decided to take the position as Razgriz Three after its conclusion.

history of razgriz

Their flight operations were held on the aircraft carrier   OFS Kestrel, flagship of the 3rd Osean Naval Fleet, as well as the air base at Kirwin Island, where the Fleet was docked. Their signal intelligence ship OFS Andromeda was intercepting multiple transmissions in Belkan which hinted of the President’s location. After the rescue operation’s success, the President ordered the Razgriz to uncover what Belka was planning in Osea. Blaze was then sent out on a reconnaissance mission into Belka and found that the Belkans were attempting to unearth the nuclear weapons they had used in the war 15 years ago. He was sighted and during his escape Blaze was engaged by members of the Ofnir and Grabacr Squadrons, which was carrying both Yuktobanian and Osean emblems. He managed to escape and returned a day later with the rest of the Razgriz Squadron to destroy the mine entrance, sealing the weapons inside. However, by that time it was too late. Three nuclear weapons had been smuggled out of the country and the hunt to find them had begun.
One of the Razgriz's F-14s
Mobius 9Added by Mobius 9
One nuclear weapon’s location was found, once again thanks to the "Andromeda." It was captured and being dismantled by Yuktobanian Resistance members, deep within Yuktobania’s Air Defense Zone. The only way to support them was to operate beneath the Air Defense Zone in a canyon system. The Razgriz deployed, despite the conditions, and succeeded in halting the Yuktobanian Military’s search teams from finding the Resistance members dismantling the warhead. However, the 2nd Belkan Aggressor Squadron known as Ofnir appeared on site, posing as a Yuktobanian Squadron. The Razgriz engaged them within the Canyon and managed to destroy them all before leaving the combat area. They then escorted the Resistance's submarine out of the area to scatter the weapon's pieces without any further engagements.
The second nuclear weapon’s location was later determined by the Andromeda to be aboard the sabotaged Arkbird. However, the Arkbird had been repaired by Belkan operatives and was fully operational. Subsequently, President Harling gave the Razgriz orders to shoot down the Arkbird. During a change to the Arkbird's orbit made on December 19, 2010, an Osean astronaut managed to escape the Arkbird and redirect it into the atmosphere. The Arkbird dove deep into the Earth’s atmosphere and was engaged by the Razgriz Squadron. After destroying the Arkbird’s main and auxiliary engines, multiple UCAVs, and fighting the Arkbird’s laser defenses, it was disabled and fell into the Ceres Ocean. Its last known transmission was by the name of a Belkan Operative named Adler: “Damn you, Razgriz…”
Days later on the 22nd, a transmission on a secret channel transmitted to the Andromeda by Captain Jack Bartlett, who had escaped capture before he could be placed in a POW camp after being shot down in the beginning of the war, was leading a group of Resistance members. They had managed to rescue the Yuktobanian Prime Minister Seryozha Viktorovich Nikanor and were attempting to storm an airfield in northeast Yuktobania in order to escape. The Razgriz supported the raid and successfully managed to infiltrate the airfield and get the Prime Minister onto an aircraft. As the aircraft took off and began to return to the "Kestrel," the Grabacr Squadron appeared to shoot down the Prime Minister’s aircraft. After an intense aerial battle, the Grabacr were shot down and the Prime Minister, Bartlett and the Major who broke Bartlett’s heart 15 years ago managed to return to the carrier. She had a disc of top secret information that began to be decrypted the day after their return to the "Kestrel."
The Kestrel Fleet then attempted to sail to Yuktobania in order to stop Yuktobanian aggressions, but they were stopped by a large Yuktobanian Fleet. Despite multiple attempts to deter them, the Kestrel Fleet was attacked. The Razgriz were sent out to sink the opposing fleet and protect three loyalist Yuktobanian destroyers that had defected upon receiving orders to sink their Prime Minister. During the battle, a passing nationalist Osean fleet arrived on station, but launched an attack on both fleets already in battle. By the end of the conflict, both nationalist Yuktobanian and nationalist Osean Fleets were destroyed leaving only the "Kestrel" and her support ships.
The Major’s disc was finally deciphered, but the Kestrel was soon hit by a missile strike from a nationalist Yuktobanian submarine and was sunk. However, the Razgriz managed to launch from the carrier as it was going under. They then flew to North Osea/South Belka where the Belkan operatives had taken refuge in the underground base of Grunder Industries. As the Razgriz Squadron neared the target, multiple Osea and Yuktobanian units were convinced by a recent broadcast of President Harling and Prime Minister Nikanor to join forces and overthrow the deceiving Belkans. Included in this group was an AWACS support aircraft flying under the callsign "Oka Nieba," which translates to "Sky Eye".
During the battle the combined force was also attacked by another combined Belkan, Osean, and Yuktobanian force consisting of those who were still in favor of the war, which included most of Osea's and Yuktobania's forces. The objective was to open the mountain’s tunnel entrance, fly in, and destroy the main control panel for the V-1 and V-2 rocket systems. However, as the doors were nearly opened, the Belkans had managed to repair the SOLG orbital attack satellite. The large railgun satellite began firing on the ground forces around the mountain. The doors were finally opened and the Razgriz flew into the tunnel, being pursued by Captain Hamilton, an Ex-Grabacr aggressor. The Razgriz managed to destroy a control station while Captain Bartlett flew in from the opposite direction and destroyed the second control station. This stopped the SOLG’s firing and disabled the rocket facilities. As the Razgriz escaped, the mountain base began sealing itself off. As they flew at top speed past the closing blast doors and other obstacles, they encountered enemy forces head on, including what appeared to be members of the Yellow Squadron. The Razgriz managed to escape before they were sealed inside, while Hamilton was killed by an enemy aircraft that struck him in a head on collision.
The war was officially over, but the Belkans had pre-programmed the SOLG to fall onto the Osean capital city of Oured if contact was ever lost from the ground. As the SOLG fell into the atmosphere, the Demons of Razgriz flew their last mission on December 31st, 2010. After launching from an Oured highway being used as a makeshift runway, the Razgriz headed for the SOLG’s dropping point. On their way they were confronted by
The SOLG falling to Earth.
Cjsww2Added by Cjsww2
a double-Belkan formation consisting of the Ofnir and Grabacr squadrons. The ensuing battle concluded with the Razgriz shooting down the Ofnir and Grabacr before finally engaging the SOLG. In the end, the SOLG was finally destroyed before reaching the city limits. After that battle The Demons of Razgriz disappeared and were never officially seen again. It wasn’t until the year 2020 that a conference revealed the truth behind the Circum-Pacific War. Together, Wardog and Razgriz flew 28 missions during the war, all which involved combat