Selasa, 28 Agustus 2012

indofly info

Tips dan Trik Untuk Mendapatkan Hasil Photo Spotting Yang Keren!
Joe R.Setiawan, 12/7/2010 4:09:43 PM
 


Langsung saja. Foto spotting yang bagus itu kayak gimana sih? Bagus disini secara teknis karena foto itu sangat-sangat subjektif, tegantung dari sudut pandang mana kita lihat. Bagus menurut saya belum tentu bagus menurut rekan-rekan, makanya saya bilang bagus secara teknis.

Ok, mari kita bahas satu persatu. Sekali lagi ini cuman sharing, berdasarkan pengalaman saja.


1. Pahami rumus dasar fotografi.
Ada yang bilang dasarnya “Triangle Photography,” yaitu hubungan antara Speed, Diafragma/aperture, dan ISO. Saya ngga bahas disini, saya yakin sudah pada ngerti. Yang mesti diperhatikan adalah, penggunaan Speed, Aperture, dan ISO akan mempengaruhi hasil foto. Apakah mau freeze, mau panning, dst? Atau mau bokeh? Atau mau grainy?


2. Kenali equipment kita.
Seperti yang pernah dibahas Oom Didik di thread “Kenali ‘cangkul’ kita.” Sebelum motret, ada baiknya kita kenali baik-baik equipment yang akan kita pakai. Kamera dan lensa adalah alat utama untuk menangkap moment spottingan.

- Kamera
Kenali karakternya, mulai dari handling, tombol2, dial, picture style (kalo pake Canon) ato image optimization/picture control (Nikon), metering (ada evaluative metering di Canon, sampai ada 3D matrix metering di Nikon, ada average, ada spot, dst), kenali juga fitur-fiturnya (ada noise reduction, ada active D-lighting di Nikon, dst), Autpfocus mode (ada single, ada servo/continuous, ada manual), dan seterusnya, bisa dibaca-baca di manual book kamera masing-masing.

- Lensa
Begitu juga dengan lensa yang akan dipakai, kenali baik-baik karakternya. Pada bukaan/diafragma dan focal length berapa lensa tersebut menunjukkan performa terbaiknya. Sebagai contoh, lensa saya AF Nikkor 80-200 f/2.8 ED N menunjukkan performa terbaik pada FL 135mm pada bukaan 4-8. Kenali juga karakter warna, dan kontras, yang dihasilkan.

- Filter
Kalo pake filter, perhatikan juga efeknya. Saya pribadi memilih untuk tidak menggunakan filter (UV filter yg bagus untuk diameter 77mm masih mahal)


Ok, sampai disini kita hampir siap untuk spotting. Hehehe..

Lanjut lagi tambahannya

3. Lighting/pencahayaan
Lighting adalah hal yang sangat penting dalam fotografi. Fotografi itu sendiri kan melukis dengan cahaya. Fotografer yang sudah berpengalaman sangat memperhatikan hal ini, sayangnya, fotografer amatir/hobby jarang sekali memperhatikan hal ini. Padahal, lighting/pencahayaan kontribusinya sangat besar pada gelap/terang foto, warna, hingga bentuk/shape.

Kenali juga cuaca. Dalam kegiatan spotting, kita menggunakan pencahayan dari Tuhan yaitu matahari sebagai source of light/main light. Jika kita spotting di pinggir runway bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, hal yang sangat mengganggu adalah cuaca. Dimana sering sekali mendapatkan pencahayaan yang flat, langit abu-abu (instead of blue), haze/kabut, dan lain-lain. Tetapi biasanya awal tahun dan tengah tahun atau disela-sela musim hujam, cuaca Jakarta tidak waras alias bagus.

Selain itu, perhatikan juga waktu pengambilan gambar karena berefek pada arah datangnya cahaya. Jam-jam tertentu seperti pagi (jam 6-9) atau sore (jam 4-6) pencahayaan bagus, arah datangnya cahaya tidak dari atas, melainkan dari samping, sehingga dapat menghasilkan foto yang bagus.
Foto ini "maksa," sebenernya ini backlit, arah datangnya cahaya tidak pas

Bandingkan dengan ini:


Ada juga namanya Golden Hours, biasanya beberapa menit menjelang matahari terbit dan beberapa menit setelah matahari terbenam.


Pengaruh lainnya dari pencahayaan adalah kontras. Jika kita spotting dengan kondisi cuaca yang hazy, maka dijamin fotonya akan low contrast, seperti foto berikut.

Sebaliknya jika spotting dengan kondisi yang cuaca cerah, maka foto yang dihasilkan cenderung kontras, seperti foto berikut. Ini ada hubungannya juga dengan karakter sensor kamera (CMOS/CCD), kualitas lensa, bahkan bisa juga dari penggunaan filter.



4. Angle.
Singkatnya ini adalah sudut pandang kita terhadap suatu objek. Dari sudut mana suatu objek dapat terlihat lebih bagus. Dalam kegiatan spotting, dimana segala sesuatunya terbatas (pengalaman spotting di CGK), angle dapat ditentukan dari lokasi spotting. Penentuan lokasi/angle tersebut juga dapat dipengaruhi oleh lighting/arah datangnya cahaya.



5. Komposisi.
Arti simplenya adalah bagaimana menempatkan objek dalam sebuah frame sehingga foto yang dihasilkan terlihat menarik. Ada banyak macamnya; ada Rule of Third, ada Golden Section Rule, ada Diagonal Rule, dst. Untuk jelasnya mungkin bisa Tanya sama oom Google. Hehe..



6. Timing
Atau ada yang biasanya menyebut momentum. Hal ini tergantung dari kejelian mata kita untuk menekan shutter. Foto pesawat yang sedang taxi tentu akan berbeda jika pesawat tersebut sedang touch down dengan kepulan asap di roda, atau sedang rotate.



Kurang lebih dengan hal-hal diatas kita sudah bisa bikin foto yang bagus secara teknis, Karen memang hal-hal tersebut diatas sangat-sangat mendasar.
Pengen segera praktek? Sebentar, tahan dulu..


Lanjut lagi..

7. EDFAT
Saya menyadur alias copas dari tulisan bapak Manda, kalo ngga salah pernah bikin artikel tentang pendekatan EDFAT dalam kegiatan spotting. Ada beberapa yang sudah dibahas diatas.
ENTIRE: Entire adalah foto keseluruhan dari sebuah peristiwa, dari foto entire yang kita hasilkan kemudian kita dapat mencari lagi lebih dalam foto-foto berikutnya. Entire biasa dikenal sebagai established Shot.
DETAIL: Detail merupakan foto yang lebih rinci dari sebuah objek foto dalam suatu peristiwa. Biasanya detail adalah merupakan Point Of interest yang betul-betul spesifik dari objek yang bersangkutan atau bisa juga merupakan sebuah ciri khas spesifik dan juga karakter spesifik si objek.
FRAME: Frame biasa kita kenal dengan Framing, disini kita dapat membuat foto dengan menentukan komposisi, kita membingkai sebuah objek foto dengan akurat dan memiliki unsur estetika. Frame akan membuat fotografer pemula makin mengenal arti sebuah komposisi, karena erat kaitannya dengan penempatan objek, pemilihan elemen, pola, dsb.
ANGLE: Angle merupakan sudut pengambilan foto terhadap suatu objek dalam sebuah peristiwa.
TIME: Time erat kaitannya dengan sebuah momen. Kecepatan adalah hal yang mutlak disini, kecepatan bukan berarti kecepatan dalam shutter speed saja, namun juga kecepatan bertindak dan juga kejelian dalam melihat sesuatu.


8. FART
Istilah ini punyanya Oom Kenrockwell. FART: Feel, Ask, Refine, Take. Sebuah foto yang baik berawal ketika kita mendapatkan perasaan untuk membuat sebuah foto. Apapun perasaan tersebut. Itulah Feel disini. Lalu, biasanya jika kita melihat suatu momen tertentu, terkadang tanpa kita sadari kita bertanya pada diri sendiri, “Kenapa sih gw mesti ngejepret objek/momen ini?” Nah, itulah Ask disini. Lalu setelah itu kita mulai mengintip dibalik viewfinder, dan mulai berpikir dalam hati, “Kayaknya bagus kalo begronnya itu.” Atau, “Seandainya ada sign atau tulisan akan lebih bagus.” Dan akhirnya kita menunggu momen yang tepat untuk menekan shutter. Inilah arti Refine, yaitu menyempurnakan. Saat ini lah kita menentukan komposisi atau angle yang tepat. Terkadang hal ini sangat cepat terjadi. Dan akhirnya kita menekan shutter, melihat lcd, dan membatin, “Yes, dapet!” itulah Take.


Ngeteh dulu boleh. Hehehe..

Di era digital seperti sekarang ini, kadang fotografer dipusingkan dengan warna. Banyak sekali hal yang mempengaruhi warna sebuah foto (selain lighting yang sudah dibahas diatas). Permasalahan warna ini efeknya macem-macem, sampai post processing juga. Mari kita bahas lagi..

9. White Balance (WB).
Yes, kamera digital dilengkapi dengan ini. Intinya, bagaimana objek warna putih benar-benar terlihat putih. WB adalah temperatur warna, sehingga satuannya dalah derajat Kelvin. Motret siang bolong dengan cuaca cerah rata-rata temperatur nya 4800-5200 ˚K. Gampangnya set saja kamera kita ke mode AWB atau Auto White Balance, beres. Tapi kita juga bisa bereksperimen dengan warna White Balance ini. Apalagi kalo kita pake Canon, kita bisa main-main dengan WB bracketing (CMIIW). Kalo mau warna agak kuning (warm) set WB dengan temperature yang lebih tinggi. Bisa juga pake cloudy (icon awan mendung) atau shade (icon rumah & bayangan). Detilnya Tanya ke oom Google yaa..
Banyak fotografer pemula yang kurang memperhatikan hal ini, efeknya foto yang dihasilkan menjadi aneh warnanya. Kadang agak magenta (ungu), cyan (biru muda), red, atau green. Hal ini bisa dihindari jika kita mengerti soal WB dan warna itu sendiri. Kalem aja, nanti juga dibahas..


10. Kalibrasi monitor.
Hal ini sangat penting jika kita menggunakan file digital. Apalagi untuk hasil foto yang di publish ke internet/posting di forum seperti ini, dimana orang seluruh dunia bisa melihat dengan media monitor. Mau pake Mac atau PC sebisa mungkin monitornya di kalibrasi.


11. Color profile – sRGB vs. Adobe RGB
Sering liat kata itu kan? Njlimet? Ngga juga lah, yang penting dipahami saja. Kalo mau tau artinya silakan tanya oom Google. Hehehehehe.. Saya cuman mau kasih gambaran saja. sRGB itu mengandung warna yang lebih sedikit dari Adobe RGB. Sebaiknya kalo motret pakai sRGB saja. Lho kok gitu? Iya, karena hampir semua monitor sampai printer yang ada itu menggunakan color profile sRGB. Lagipula untuk kebutuhan posting sampai cetak, dengan sRGB saja sudah cukup. Hasilnya juga secara kasat mata ngga keliatan.


12. Warna itu sendiri
Yah, tau lah ada warna apa saja. Ya kan? Tapi coba liat lagi file-file foto spottingan rekan-rekan. Sudah? Ada ngga yang warnanya aneh? Ada yang agak magenta, cyan, red, atau green? Nah, saya cuman mau bahas lawan warnanya saja:
- Cyan lawannya Red
- Magenta lawannya Green
- Yellow lawannya Blue
Ini bermanfaat dalam post processing. Kalo ada foto yang warnanya cenderung ungu seperti foto berikut, bisa ditambah hijau untuk memperbaiki, dst.

Foto dengan warna nyeleneh ini juga ada hubungannya dengan WB di poin sebelumnya
Coba bandingkan dengan foto ini:

Bagusan mana?


13. Post processing.
Ada macam-macam software pengolah foto. Ada Adobe Photoshop, Adobe Lightroom, Apple Aperture, Capture One, dst. Umumnya yang dipakai adalah Adobe Photoshop. Untuk cara cepatnya sudah pernah saya bahas, bahkan sampai yang sedikit njlimet. Hanya mengingatkan saja, jangan sampai menggunakan software ini secara berlebihan, kecuali jika direncanakan sebelumnya. Banyak yang salah kaprah ketika menggunakan software semacam ini adalah untuk memperbaiki foto yang secara teknis salah. Ini salah sebenarnya. Yang benar, software ini digunakan untuk menyempurnakan foto yang baik secara teknis. Foto sakit masuk photoshop jadi sehat? Itu salah! Foto gelap diterangkan lewat software ini salah lho.. Jadi sekali lagi, pergunakan photoshop dengan baik, tingkatkan skill foto anda.


Hehehehe.. Masih betah scrolling kan? Mudah-mudahan masih. Dibawah ini lebih ke tips saja.

14. File output.
RAW atau JPEG? Jawabannya sesuaikan kebutuhan. Kalau hanya untuk diposting dengan ukuran maksimum 1024px (bahkan cuma 800px), JPEG saja sudah cukup. Hal ini juga berhubungan dengan pengelolaan foto.


15. Pengelolaan foto.
Selesai motret/spotting, biasakan direview. Kalo ada yang jelek (apalagi jelek secara teknis kayak shake, under, out of focus, dll) langsung hapus saja. Buat apa disimpan, toh juga ngga ada gunanya. Yang ada malah menuh-menuhin harddisk. Hehehe.. Biasakan pula secara rutin back-up harddisk anda. Bisa burn ke CD/DVD ato harddisk external. Lalu biasakan hanya memposting foto yang benar-benar bagus, utamakan kualitas bukan kuantitas..


Tenang, udah hampir habis kok.. Terakhir adalah..

17. Ide/konsep – referensi.
Biasakan spotting dengan idea tau konsep. Misalnya, “Gw mau motret pesawat take off, begronnya sunset.” Atau, “Gw mau spotting pesawat approach, begronnya sunset.” Atau cari referensi dari website kayak airliners.net. Dengan begitu kita akan lebih terorganisir motretnya. Dengan contoh tadi, kita sudah bisa menentukan lokasi spotting (angle), pencahayaan, komposisi, penggunaan lensa wide atau tele, timing, momen, EDAT atau FART tadi, hingga post processing. Sehingga ngga perlu buang-buang frame, bahkan sampai menuh-menuhin memory card/harddisk. Alhasil, ngga perlu lama-lama spottingnya, banyakin ngobrolnya, karena itulah esensi dari spotting. Hahahahaa..


18. Keep it simple.
Spotting nenteng equipment berat-berat? Wew, saya sih ngga mau. Hehe.. Jadi, bawa seperlunya saja, sesuaikan dengan konsep/ide tadi. Kalo perlu bawa body+lensa tele ya sudah, itu saja. Ngga perlu lah bawa yang lain.. Saya ngga bisa membayangkan kalo bapak Manda, bapak Rian, bapak Edo jalan dari ujung 25R sampai ujung 07L sampai ke pintu M1 nenteng equipment bejibun. Hahaha..


Demikianlah rekans, mudah-mudahan ngga siwer bacanya. Sekali lagi saya tidak ada maksud apa-apa, hanya sekedar sharing saja. Ini juga berlaku buat foto-foto lain, tidak terbatas foto spotting saja.

Ini IMHO CMIIW yaa..
Semoga berkenan dan bermanfaat. Mudah-mudahan habis baca artikel ini hasil-hasil foto rekan-rekan bisa lebih baik secara teknis.

Tentang Die-cast Skala 1:500
Felix Wang, 6/14/2008 10:04:31 PM
 


Photo : Herpa
Herpa Wings

Herpa boleh dikata "memimpin" pasar model maket bandara maupun model pesawat terbang berskala 1:500 dunia baik dari segi kualitas maupun ragam skala/ukuran, airline livery, dan tipe pesawat yang diproduksi. Perusahaan ini bermarkas di Kota Dietenhofen, Jerman, yang sekaligus juga memproduksi miniatur kendaraan darat ( mobil, bus, dan truk ) dari berbagai skala, baik untuk dijual bebas maupun berdasarkan pesanan perusahaan tertentu ( hanya beredar di kalangan perusahaan yang bersangkutan, atau sekedar sebagai cinderamata ).

Kelengkapan maket bandara yang diproduksi Herpa Wings sangatlah beragam, mulai dari bangunan terminal bandara lengkap dengan garbarata dan menara pengawas, sampai ke pernik-pernik kecil seperti lampu, miniatur pagar kawat, mobil catering, mobil pendorong pesawat terbang, dan orang-orangan. Baru-baru ini mereka mengumumkan akan meluncurkan airport lighting system, sistem penerangan bagi maket bandara, namun informasi jelasnya masih dirahasiakan karena Herpa mengkhawatirkan teknologinya ditiru oleh sang pesaing utama,  StarJets.

Secara garis besar, model-model pesawat berskala 1:500 produksi Herpa dapat dikelompokkan menjadi 2:

1. Old Generation

Merupakan model-model keluaran lama, yang kualitas detilnya tidak terlalu baik. Ciri utama model-model generasi ini adalah memiliki roda-roda pendarat yang dapat berputar ( sehingga model pesawat yang bersangkutan dapat digelindingkan ke depan maupun ke belakang ). Untuk beberapa jenis pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A300, A310, A330, A340, atau Boeing 747 dan 777 sih OK-OK saja, tetapi menjadi terlalu besar (oversized) untuk model-model pesawat kecil seperti Boeing 737 atau MD80. Ciri lainnya adalah kedua ekor horizontal yang terlihat jelas disisipkan pada bagian akhir fuselage dari belakang atau dengan kata lain, bagian belakang fuselage tidak semirip dengan pesawat aslinya. Pesawat-pesawat model 1:500 yang sementara ini beredar di Indonesia masih seluruhnya merupakan model-model Old Generation.

2. New Generation

Merupakan model-model yang diproduksi Herpa mulai tahun 2001, sebagai jawaban atas munculnya StarJets - satu pesaing baru yang juga memproduksi model-model pesawat berskala 1:500 dengan kualitas detil lebih baik. Ciri utamanya adalah roda-roda pendarat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh pesawat terbang, sehingga  penampilannya sangatlah manis ( bayangkan sebelumnya model-model pesawat terbang berbadan sempit seolah-olah memakai "sepatu boot" karena memiliki roda-roda yang sama ukurannya dengan pesawat-pesawat berbadan lebar sekelas  Boeing 747 !).
 
Selain itu, roda-roda pendarat tersebut juga lebih terperinci fiturnya misalnya untuk roda hidung dilengkapi dengan push-back tugs (sarana untuk mengaitkan besi ketika pesawat yang sesungguhnya didorong/ditarik oleh mobil khusus di apron bandara). beberapa bagian pesawat juga diperbaharui:  antara lain bentuk hidung, winglet, dan sayap pada Boeing 747-400, bentuk bagian belakang pesawat terbang juga semakin menyerupai aslinya  karena kedua ekor horizontal dilekatkan pada sisi kiri dan kanan fuselage. Walaupun demikian, menurut pengamatan Penulis masih ada beberapa kelemahan model-model generasi baru Herpa Wings:

a.   Kadangkala sudut yang dibentuk oleh ekor tegak dengan ekor horizontal kiri tidak sama dengan sudut antara ekor tegak dengan ekor horizontal kanan     ( atau sebaliknya ).

b.   Pencapan atau pensablonan jendela, pintu atau logo kadangkala tidak akurat/miring, tidak pada tempat yang semestinya ( terlalu tinggi atau rendah ), atau warnanya kurang tepat.

c.   Khusus model Boeing 737 - letak roda hidung terlalu jauh dari ujung hidung pesawat ( terlalu ke dalam ), bagian belakang (rear fuselage) kurang ramping, dan pada bagian tengah perut rata - tidak terdapat lubang untuk ruang roda pendarat utama; coba sesekali Anda perhatikan Boeing 737 yang sedang terbang di udara dengan posisi roda berada di luar ( ketika akan mendarat ): pasti terlihat 2 lubang menganga di bagian perut / di antara kedua sayapnya - karena khusus untuk jenis pesawat ini, ruang roda pendarat utama tidak dilengkapi pintu seperti pada jenis-jenis pesawat terbang (jet) lain.

d.   Hidung model pesawat A319, A320, dan A321 kurang meruncing tetapi model-model sejenis yang pada 2003 telah mengalami penyempurnaan bentuk hidung.

Ada model-model pesawat terbang dalam livery beberapa maskapai penerbangan ( terutama Cathay Pacific, Dragonair, Air Macau, dan All Nippon Airways ) yang memiliki ciri-ciri fisik dan kualitas persis seperti produksi Herpa Wings, tetapi sebenarnya diproduksi oleh perusahaan lain dengan membayar lisensi / hak paten dari Herpa Wings. Model-model pesawat tersebut umumnya hanya dijual di in-flight shop maskapai penerbangan yang bersangkutan, walaupun kadang-kadang dapat juga ditemui di toko-toko hobby ( dengan harga yang jauh lebih mahal daripada model-model Herpa reguler ).


Ada pula yang disebut sample model, yaitu model-model yang sempat diproduksi ( dengan kuantitas sangat terbatas, hanya sekitar 50 unit ), tetapi tidak mendapat persetujuan dari maskapai penerbangan yang namanya akan dipakai pada jenis model pesawat yang bersangkutan. Beberapa di antaranya terbuat dari plastik ( B747-200 Virgin Atlantic dan ANA ) dan karena jumlahnya yang terbatas, harga jualnya sangat tinggi dan diburu kolektor. Penulis sendiri saat ini sangat menginginkan model contoh DC10-30 Garuda Indonesia, tetapi apa daya, informasi yang dapat diperoleh sangatlah minim.  Selain itu, tidak ada satu orang / toko pun yang pernah memajang gambarnya di internet, sehingga hal ini sangatlah membuat penasaran.

Herpa menerbitkan majalah dua bulanan yang bertajuk Wings World. Majalah ini berisi informasi tentang produk-produk keluaran terbaru perusahaan tersebut, termasuk model pesawat terbang berskala 1:500, 1:400, dan 1:200. Anda pun dapat mengunjungi website-nya: www.herpa.de. Herpa juga mempromotori Herpa Wings Club. Setiap tahun dikeluarkan model-model pesawat terbang edisi terbatas (limited edition) yang diprioritaskan bagi para anggotanya dan kadangkala dijual di beberapa toko dengan harga 2-3x lipat. Di Jakarta toko-toko yang menjual model-model pesawat terbang produksi Herpa Wings antara lain: Best Replica ( terdapat satu toko di Kelapa Gading dan satu toko lagi di Plaza Blok M ) dan Peter&Partner ( Mal Taman Anggrek ). Namun apabila Anda menginginkan model-model pesawat terbang keluaran terbaru, tempat terdekat adalah negara tetangga Singapura; Anda dapat mengunjungi The Orchard Store yang terletak di John Little Shopping Centre (Orchard Road). Mereka memiliki stok yang cukup lengkap ( baik Herpa Wings maupun StarJets ) dan harganya relatif murah dibandingkan toko-toko lain di Singapura.

StarJets

"As Real As It Gets". Made for Collectors by Collectors, itulah semboyan StarJets, yang merupakan runner up sekaligus pesaing berat Herpa Wings. Tetapi memang semboyan tersebut bukanlah bualan.
Model-model pesawat terbang StarJets mulai diluncurkan tahun 2001, oleh perusahaan yang juga memproduksi model-model berskala 1:400 dengan merk Gemini Jets. Perusahaan ini berkedudukan di Talahassee, Florida (AS), tetapi semua model pesawatnya diproduksi di RRC ( demikian juga Herpa ).

Penulis mulai mengoleksi pesawat model berskala 1:500 juga lantaran tertarik melihat model Boeing 747-441 Garuda Indonesia (registrasi PK-GSI) yang penampilannya begitu menggoda. Perhatian Penulis saat itu tertuju pada logo GA di ekor pesawat, kepala dan kelima "bulu" sayapnya, masing-masing memiliki warna yang berbeda ( gradasi dari biru keunguan, toska, sampai hijau daun ) seperti pada pesawat terbang aslinya. Penulis yakin, sampai saat ini belum pernah ada produsen model lain di dunia yang memproduksi model GA sedetil itu ( bahkan di Indonesia !). Setahun yang lalu Herpa Wings meluncurkan model Airbus A330-300 GA (registrasi PK-GPG), tetapi warna logo pada ekornya tidak seindah produksi StarJets.

Sebagai pemain baru, ragam jenis pesawat dan maskapai penerbangan yang diproduksi StarJets belum sebanyak Herpa Wings dan berdasarkan pengamatan Penulis, masih ada beberapa kelemahannya:

1.   Kelingan/sambungan kedua ekor horizontal dengan bagian belakang fuselage terlihat jelas.
2.   Roda pendarat hidung pada beberapa jenis pesawat tidak sedetil produksi Herpa Wings. Bahkan pada model Boeing 757, Airbus A319/A320/A321, dan beberapa model Boeing 747 yang diproduksi sekitar tahun 2001 tidak dilengkapi pintu roda pendarat hidung.
3.   Kadangkala didapati pensablonan jendela, pintu, atau logo yang kurang akurat (miring/tidak pada tempatnya).


Seperti Herpa, StarJets yang kini sudah menghentikan produksinya, juga memproduksi beberapa model yang diperuntukkan bagi in-flight shop ; saat ini, model eksklusif in-flight shop yang diproduksi adalah Japan Airlines ( terdiri dari jenis DC8, B727-100, B747-400, B767-300, B777-300, dan MD11 ) serta Boeing 747-412 Singapore Airlines Tropical Megatop - ada dua versi model Jumbo Jet yang seluruh tubuhnya dicat berwarna-warni cerah ini: versi pertama yang dipasarkan untuk umum dibubuhi registrasi 9V-SPK ( pesawat aslinya hancur ketika mengalami kecelakaan di runway Bandara Chiang Kai Shek, Taipei tahun 2000 lampau ), sementara versi kedua yang diperuntukkan bagi in-flight shop beregistrasi 9V-SPL. Sebelumnya, StarJets juga memiliki klub penggemar dan bagi para anggotanya diluncurkan model-model eksklusif    ( antara lain B747-451 Northwest dalam livery lama dan MD11 Aer Lingus ). Tetapi belakangan banyak anggota yang mengeluhkan ketidakpedulian pengurus klub tersebut ( padahal para anggotanya berasal dari berbagai negara ).


Inflight 500

Pabrikan ini memproduksi model-model berskala 1:200 dan 1:500. Produksinya dalam skala 1:500 cukup beragam dengan kualitas detil yang sangat baik. Boleh dibilang Inflight 500 memproduksi model-model Boeing 737 dan Douglas DC10 yang terbaik dalam skala 1:500. Beberapa model Boeing 737 merupakan model-model yang belum pernah diproduksi dalam skala 1:500 seperti Air Malta dan Shenzhen Airlines. Lebih dari separuh produksi model Inflight 500 saat ini dirilis dalam warna atau livery lama/historis, seperti DC10-30 Pakistan International Airlines dan British Airways, B727 Air Algérie ( belum pernah diproduksi pabrikan lain ).

Big Bird

Boleh dikata, kualitas model Boeing 747 produksi Big Bird adalah yang paling menyerupai pesawat aslinya, dari segi bentuk maupun detilnya ( antara lain registrasi, nose name, maupun tulisan-tulisan kecil lainnya, seperti,"CUT HERE IN EMERGENCY" pada fuselage, "NO STEP" pada permukaan sayap, garis-garis pada mesin, dsb ). Perusahaan ini meluncurkan produknya untuk pertama kali pada bulan Maret 2002, berupa 2 buah model Boeing 747, masing-masing seri   -300 dan -400, di bawah bendera Ansett Australia dengan special livery Olympiade Sydney.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, Big Bird tidak pernah mencantumkan alamat perusahaan maupun situs internet karena mereka memproduksi model-model pesawat terbang tanpa izin dari maskapai penerbangan yang dipakai nama livery-nya.

Jumlah model yang diproduksi untuk setiap edisinya berkisar antara 500-1000 unit, sehingga harga model-model pesawat Big Bird umumnya lebih mahal 50% daripada model-model sejenis produksi reguler Herpa Wings dan StarJets. Big Bird lebih berkonsentrasi pada model-model Boeing 747 dengan special livery, logo lama / historis, dan logo terbaru yang belum diproduksi oleh produsen lainnya ( misalnya beberapa seri Boeing 747-446 Domestic JAL dengan gambar tokoh-tokoh kartun Walt Disney ). Baru-baru ini Big Bird juga meluncurkan 2 model, masing-masing B747-446 dan B747-446D dengan logo JAL yang terbaru, The Arc of the Sun, juga 2 versi B747-4J6 Air China dengan registrasi yang berbeda.


Netmodels

Seperti Big Bird, Netmodels juga merupakan produsen model-model pesawat terbang yang tidak memiliki izin / lisensi untuk menggunakan livery maskapai penerbangan tertentu pada pesawat model yang diproduksinya (ilegal). Walaupun demikian, kualitasnya cukup baik dan sebanding dengan model-model produksi Herpa Wings, StarJets, dan Big Bird. Selama ini Netmodels hanya memproduksi model pesawat Boeing 747-300/-400/-400D/-400F dan Boeing 757-200/-200F. Produksi terbaru Netmodels ( diluncurkan bulan Maret lalu ) adalah 3 versi jumbo kargo Korean Air, yaitu B747-4B5F dan dua versi B747-2B5F ( masing-masing dengan registrasi berbeda ).

Kedudukan perusahaan yang misterius ini diperkirakan di daratan RRC, sebab sebagian besar model yang diproduksinya menggunakan livery beberapa maskapai penerbangan regional RRC dan Taiwan. Tidak banyak toko hobby yang menjual model-model pesawat produksi Netmodels; antara lain adalah Toymax di Hongkong (www.toymaxco.cc) dan Aviation Center di Berlin (www.aviation-center.de).


Skyliners, Dream Jets, dan Five Stars

Skyliners selama ini baru memproduksi satu jenis model, yaitu Embraer 145 di bawah bendera American Eagle dan secara eksklusif model-model tersebut dipasarkan melalui C.R.Smith (American Airlines) Museum.
Dream Jets adalah salah satu pemain baru dalam kancah pesawat model berskala 1:500, namun segera menghilang kembali. Saat ini terhitung baru ada beberapa model yang diluncurkan, mayoritas dengan special livery seperti: MD11 Delta Airlines (Olympiade Atlanta), B747-419 Air New Zealand (Tim Rugby Nasional "All Black"), A320-200 Air Canada (Raptor), B747-412 dan A340-313X Singapore Airlines (50th Anniversary).

Five Stars merupakan pemain baru yang mulai berproduksi sekitar akhir 2006. Beberapa model produksinya ( skala 1:400 dan 1:500 ) sangat menarik, di antaranya adalah B747-2U3B Garuda Indonesian Airways "City of Yogyakarta" ( logo lama ) dan Ilyushin 76MD Air Koryŏ.


C&C dan H-T

C&C sebelumnya memiliki situs internet dan sudah memproduksi beberapa model pesawat berskala 1:500 dengan ragam jenis dan airline livery yang tidak sedikit. Walaupun mutunya tidak terlalu baik, model B747-200F, B747-400, dan B747-400 Combi dengan logo Air China yang dipasarkan sebagai in-flight model merupakan barang koleksi yang menarik. Saat ini website C&C sudah lenyap dan tidak ada lagi informasi yang dapat digali oleh Penulis mengenai keberadaan perusahaan ini. C&C saat ini masih memproduksi beberapa model pesawat terbang berskala 1:400 – salah satunya adalah Boeing 747-200 Garuda Indonesia.

H-T kemungkinan merupakan "embrio" C&C. Perusahaan ini adalah 100% menjalankan bisnisnya secara ilegal, bahkan ada salah satu produknya yang dipasarkan di bawah tangan dengan kemasan berlogo Herpa Wings! Model tersebut adalah A340-300 Virgin Atlantic "Lady in Red" bertuliskan "NO WAY BA/AA" pada kedua sisi bagian belakang fuselage.  Dan harga model "Herpa palsu" tersebut menjadi selangit saat ini, sebab merupakan barang langka yang diburu kolektor. Ada 3 produk lain yang juga diproduksi tanpa lisensi, masing-masing adalah A340-300 China Southwest Airlines, A340-300 Singapore Airlines, dan MD11 China Eastern Airlines; jangan tanyakan kualitasnya ,sangat buruk dibandingkan model-model yang diluncurkan produsen lain ( mungkin hanya model-model produksi Schabak yang kualitasnya lebih buruk ).

Makin Berumur Makin Mahal

Kadangkala model pesawat terbang menjadi langka di pasaran karena dihentikan produksinya (discontinued), merupakan edisi terbatas (limited edition/release), atau terdapat kesalahan warna, gambar/logo, atau penulisan  seperti perangko. Penulis telah membuktikannya sendiri: sebagai kolektor yang hanya mengumpulkan model-model 1:500 dengan logo terbaru, Penulis pernah menjual model Airbus A340-200 Austrian Airlines seharga $50,00; padahal model tersebut hanya dibeli seharga Rp 110 000, 00 beberapa tahun sebelumnya !

Toko-toko hobby yang menjual pesawat terbang model di Jakarta umumnya masih memiliki stok lama yang kadang-kadang dijual lebih mahal di luar negeri. Misalnya model A310-300 Air Niugini dijual di Peter & Partner ( Mal Taman Anggrek ) seharga Rp 250 ribu sementara situs Aviation Center USA menawarkannya seharga $39,00 ( belum termasuk ongkos kirimnya ).

Asal Bukan Tetuko
Sudiro Sumbodo, 7/10/2012 3:40:00 PM
 


CN235 Tetuko adalah pesawat prototipe yang sangat berjasa besar bagi industri penerbangan nasional. Jika sampai terealiasi sebuah ide untuk menjadikannya sebuah monumen justru dapat disebut sebagai sebuah bentuk ketidak hormatan terhadap sejarah penerbangan Indonesia.
Dari link sebuah berita online ( http://bandung.detik.com/read/2012/07/09/192040/1961462/486/monumen-pesawat-cn-235-akan-dibangun-jadi-ikon-kota-bandung) disebutkan bahwa CN235 akan dibuat menjadi monumen ikon Bandung sebagai kota Dirgantara yang rencananya akan ditempatkan di sekitar tol Padalarang atau tol Pasteur. Pada berita yang sama direncanakan bahwa yang dipakai sebagai monumen adalah CN235 milik PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) yang asli, bukan replika atau tiruan.
Dalam berita itu tak disebutkan CN235 mana yang dipakai. Yang paling ditakutkan adalah jika yang dipakai adalah pesawat CN235 pertama, bernomor registrasi 01N atau N-P1 alias Tetuko. Sudah sering kali pesawat bernomor/beregistrasi pertama ini tidak mendapat tempat yang selayaknya di negeri ini, padahal pesawat ini justru yang paling bersejarah diantara lainnya.
Sebagai contoh C-130B Hercules pertama yang memperkuat TNI-AU beregistrasi A-1301 –merupakan Hercules seri B pertama yang di ekspor keluar Amerika Serikat–justru berakhir menjadi monument di Lanud Sulaiman, C-212 A-2101 menjadi monumen di Lanud Hussein Sastranegara, dan A-4 Skyhawk TT-0401 menjadi monumen di kota Sengkang, Sulawesi Selatan.
Seharusnya ketiga pesawat ini mendapat tempat terhormat di dalam jajaran koleksi Museum Dirgantara Mandala, agar jauh lebih terawat dan lebih dapat di nikmati dengan mudah oleh generasi penerus secara menyeluruh. Bukan hanya dinikmati sebagian pihak saja
Bagi sebuah pabrik pembuat pesawat terbang, membuat pesawat nomor satu atau pesawat prototipe adalah hal yang paling penting sebelum pesawat itu diproduksi massal. Dari pesawat prototipe itulah dilakukan serangkaian pengujian sehingga menghasilkan sebuah pesawat yang sempurna, aman dioperasikan, nyaman diterbangkan, dan diproses sertifikasinya. Lebih dari itu, pesawat prototipe merupakan pesawat produksi paling pertama yang dibuat dan sekaligus menjadi bagian dari sejarah pabrik pesawat terbang itu sendiri.
Siapa yang tidak mengenal pesawat tempur Lockheed F-16 Fighting Falcon ? Pesawat tempur digdaya dan sekaligus laris ini tentunya memiliki pesawat prototipe yaitu YF-16. Demikian juga pesawat tempur generasi berikutnya yaitu Lockheed F-22 Raptor memiliki pesawat prototipe YF-22 yang berhasil mengalahkan pesawat prototipe rancangan Northrop YF-23.
Di industri pesawat sipil, Boeing masuk ke era pesawat jet lewat prototipe Dash 80 yang akhirnya dikenal sebagai Boeing 707 yang menjadi tonggak awal kesuksesan Boeing menguasai pasar industri penerbangan sipil/komersil. Pabrik pesawat asal Eropa yaitu Airbus memiliki pesawat prototipe Airbus A300 B1 yang juga sebagai tonggal awal kesuksesan Airbus sebagai kompetitor terkuat dari Boeing.
Sebagian besar pesawat-pesawat prototipe ini mendapat tempat kehormatan, tetap disimpan karena telah menjadi sejarah perusahaan atau disumbangkan ke museum agar tetap dirawat baik. YF-16 disimpan di Virginia Air & Space Center sedangkan YF-22 disimpan di USAF Flight Test Museum. Dash 80 yang menjadi cikal bakal Boeing 707 disumbangkan ke Smithsonian sementara Airbus masih menyimpan Airbus A300 B1—walaupun bukan pesawat aslinya—di sebuah hanggar display miliknya di Touluse.
Indonesia yang memiliki pabrik pesawat PT.DI—dulunya masih bernama IPTN—memiliki prototipe pesawat CN235 sebagai tonggak awal memproduksi pesawat sendiri dengan bekerja sama dengan pabrik CASA, Spanyol. Dalam sejarahnya, prototipe CN235 yang menandakan pesawat prototipe pertama, di-roll out pertama kali tanggal 30 Desember 1983. Secara khusus Presiden Soeharto meresmikannya dengan menyiramkan air “gege” di hidung pesawat prototipe CN235 yang telah diberikan nama olehnya yaitu “Tetuko” (Gatotkaca muda).
Waktu pula yang menjawab bahwa CN235 ini menjadi pesawat yang cukup laris dalam penjualannya khususnya sebagai pesawat angkut militer. CN235 ini juga dikembangkan menjadi pesawat CN295 yang direncanakan akan ikut dibuat di PT.DI untuk memenuhi pesanan TNI-AU.
Melihat betapa pentingnya sang pesawat nomor satu itu janganlah sekiranya sampai terjadi bila dijadikan monumen. Di biarkan ditempatkan di luar, berkarat karena terkena panas matahari dan terkena air hujan, serta bukan tidak mungkin menjadi sasaran coretan tangan jahil. Hal ini sudah banyak terjadi pada monumen-monumen pesawat terbang di seluruh Indonesia, tidak terawat karena Pemkot tidak punya anggaran untuk perawatannya, anggaran hanya tersedia disaat pembuatan monument semata.
Contoh nyata monumen pesawat yang tidak dirawat adalah monumen Sikumbang. Pesawat prototipe anti gerilya buatan Nurtanio ini menjadi monumen di daerah kawasan pabrik PT. DI, namun pada akhirnya kondisinya mengenaskan dan baru kemudian direstorasi dan dimasukkan ke dalam hanggar museum Lanud Husein Sastranegara. Bayangkan saja, Sikumbang dapat disebut sebagai pionir perwujudan nyata cita-cita Nurtanio agar bangsa Indonesia dapat berdikari dalam industri kedirgantaraan dalam bentuk PT.DI saat ini, tapi toh nyatanya pesawat ini justru disia-siakan.
Sayang Indonesia saat ini masih belum memiliki sebuah museum penerbangan sipil tapi PT.DI sebagai pemilik Tetuko dan beberapa pesawat lain yang bersejarah seperti N250 PA-1 dan PA-2 dapat menyimpannya di sebuah hanggar miliknya untuk dipamerkan. Ini tentunya bagus sebagai tempat belajar generasi muda dan masyarakat umum bila berkunjung ke PT.DI. 
Membangun monumen pesawat terbang sebenarnya adalah hal yang baru dan sangat direkomendasikan, tapi jangan sampai memilih pesawat yang salah.
Boleh saja PT.DI, dibantu Pemkot, Jasa Marga, dan TNI-AU membangun monumen CN235 sebagai simbol kota Bandung sebagai kota Dirgantara asalkan bukan CN235 Tetuko misalnya dengan memakai CN235 eks Merpati Nusantara yang masih banyak terbengkalai. (Sudiro Sumbodo)

Refleksi 40 Tahun Pendaratan Pertama Di Bulan
Sudiro Sumbodo, 7/19/2009 1:26:27 PM
 


"That's one small step for a man, one giant leap for mankind", kata-kata terkenal astronot Neil Armstrong menandai pertama kalinya manusia menginjakan kaki di bulan, sebuah impian lama manusia yang berhasil diwujudkan.

Pendaratan pertama di bulan dengan astronot Neil Armstrong, Edward “Buzz” Aldrin dan Michael Collins pada tanggal 20 Juli 1969 menandai klimaks teknologi antariksa saat itu. Wahana roket pelontar Apollo, Saturn V bahkan sampai saat ini masih terlihat sangat menakjubkan. Roket bertingkat tiga yang menjadi tumpuan mengantarkan modul komando Apollo memiliki tinggi 363 feet (sekitar 111 meter) berbobot dengan bahan bakar penuh mencapai lebih 3,000 ton dengan daya dorong mencapai 7.5 juta pon !

Saturn V seperti roket antariksa pada umumnya berbahan bakar hidrogen cair dan oksigen cair. Tapi bagi pendapat sebagian orang yang sinis, Perang Dingin (Cold War)-lah yang mentenagai Saturn V mencapai bulan.

Space Race
 
Sebuah pendapat yang tak bisa dibantah. Proyek Apollo (dan proyek antariksa sebelumnya) adalah  buntut ketakutan sekaligus usaha mendapatkan superioritas teknologi melawan kubu Uni Soviet. Negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat begitu kaget dan tercenggang melihat keberhasilan pemerintahan Nikita Khruschev meluncurkan Sputnik dan berhasil mengorbit menjadi satelit artifisial pertama pada Oktober 1957. Kembali lagi ditohok dengan keberhasilan kosmonot Yuri Gagarin sebagai orang pertama yang berhasil mengorbit empat tahun kemudian.

Periode saat itu disebut Perlombaan Antariksa (Space Race), prestise kedua kutub dunia, komunis dan kapitalis dipertaruhkan disini. Keberhasilan Uni Soviet bak tamparan yang menyakitkan, Amerika tertinggal jauh.

Kalau Uni Soviet memiliki Chief Designer Sergei Korolev, Amerika beruntung memiliki Werner von Braun yang siap menjalankan tugas badan penerbangan dan luar angkasa yang baru terbentuk tahun 1958, National Air & Space Administration (NASA) mengantarkan Amerika mengejar ketertinggalan setelah kegagalan roket Vanguard. Setahun setelah Sputnik I, satelit Explorer 1 dengan roket Juno meluncur ke luar angkasa. Beberapa bulan setelah Gagarin, astronot Alan Shepard melakukan penerbangan suborbital dengan Freedom 7 dengan roket Mercury.

Semua itu belum cukup. Dihadapan kongres pada tanggal 25 Mei 1961, Presiden terpilih John F. Kennedy demi mengejar ketertinggalan dari Uni Soviet berkata bahwa sebelum akhir 1960, Amerika harus bisa mengirim manusia ke bulan. Proyek antariksa kembali bergulir, John Glenn berhasil mengorbit bumi sekaligus menutup proyek Mercury. Periode Maret 1963-November 1966 merupakan tahun proyek Gemini dengan tujuan melatih astronot di luar angkasa yang mencakup sepuluh kali peluncuran sukses.

Pasca keberhasilan pendaratan pertama di bulan wahana nir awak Uni Soviet Luna 9 tahun 1966, kembali NASA menggulirkan proyek Apollo tahun 1967. Aspek teknis termasuk kesiapan pengujian roket Saturn dipertaruhkan disini. Terlalu percaya diri dengan proyek sebelumnya yang mulus minim kesalahan, Apollo 1 dibuka dengan tragedi fatal. Uji peluncuran tanggal 27 Januari 1967 terjadi kebakaran di modul komando dan menewaskan ketiga astronot.

Kematian tiga martir itu, Ed White, Gus Grissom dan Roger Chaffe tidak membuat gentar malah semakin membuat NASA jauh berhati-hati. Peluncuran tanpa awak, Apollo 2 s/d Apollo 6 dilakukan untuk mencegah kejadian terulang sekaligus untuk menguji kekuatan mesin pendorong. Baru pada tanggal 11 Oktober 1968, NASA berani meluncurkan Apollo 7 sampai kepada Apollo 10 yang berhasil melakukan perjalanan orbit sampai ke bulan.

Pendaratan Apollo 11 menjadi klimaks suatu perjalanan panjang dan melelahkan, sebagai bukti kedigdayaan Amerika Serikat dan terpenuhinya janji Kennedy. Apollo 11 diikuti kemudian dengan Apollo 12. Kegagalan pendaratan Apollo 13 tidak serta merta membatalkan Proyek Apollo. NASA kembali meluncurkan Apollo 14 berlanjut sampai ke-17, Desember 1972.

Pemimpin baru Uni Soviet, Leonid Brezhnev berbeda pandangan dengan pemimpin sebelumnya memutuskan untuk menghentikan rencana proyek peluncuran roket berawak Uni Soviet ke bulan pada tahun yang sama karena dianggap sia-sia saja mengejar ketertinggalan. Pada saat yang sama rencana Apollo 18 s/d 20 juga dibatalkan peluncurannya, kurangnya dukungan kongres dan publik menjadi alasan utama.

Eksplorasi
 
Dari sini saja sudah tampak terlihat bahwa perjalanan ekspedisi ke bulan sangat mahal bahkan untuk negara adidaya sekalipun. Tidak setimpalnya hasil bila dibandingkan biaya yang dikeluarkan membuat perjalanan kembali ke bulan kembali terhambat.

Era 1980-an dan awal 90-an, Space Race yang dilakukan Amerika Serikat, Uni Soviet, dan pendatang baru asal Eropa, Eropean Space Agency dengan roket Ariane jauh lebih membumi, lebih terasa manfaatnya bagi orang kebanyakan. Penempatan satelit komunikasi, satelit penginderaan dini (remote sensing), GPS/GLONASS, pesawat ulang alik (space shuttle), teleskop ruang angkasa Hubble, dan Space Lab Mir adalah contohnya. Tapi keinginan kembali ke bulan (Return To The Moon) masih menggebu-gebu, walau jelas publik masih kembali bertanya-tanya apakah manfaat yang dapat diambil atau sekedar nostalgia semata era 1970-an ?

Runtuhnya Uni Soviet (dan menjadi negara Rusia) sekaligus menandai berakhirnya Perang Dingin membalikan semua itu. Anggaran yang dulu dikucurkan dengan mudah demi alasan prestis berakhir. Proyek akhirnya hanya mandek sebatas konsep diatas kertas. Sebagai contoh rancangan NASA yang disusun tahun 1980-an dan diajukan pertengahan tahun 1992 era pemerintahan Presiden Bush dan Wapres Quayle mendapat tentangan hebat dari kongres.

Ada setidaknya tiga proyek yang dikerjakan nanti di bulan, yaitu penambangan isotop nuklir Helium-3 dan pemasangan kolektor surya sebagai proyek pencarian energi alternatif serta pemasangan teleskop Nirvana, yang dipastikan akan menghasilkan citra yang lebih baik dari teleskop orbit Hubble.

Terkesan muluk dan tak masuk akal karena itu berarti mau tidak mau harus mempersiapkan cukup banyak astronot atau dalam kata lain harus membangun koloni pekerja di bulan !  Tapi bagi para ilmuwan NASA, bukankah dulu perjalanan ke bulan juga dianggap muluk dan tak masuk akal ? Memang budget yang dialokasikan untuk NASA menurun jauh pasca runtuhnya Uni Soviet, tapi toh seandainya ada apakah publik mau menanggung kerugian jika gagal, mengingat ini akan menyerap dana dan resiko yang jauh lebih besar daripada proyek Apollo ?

Next Space Race (To Moon)
Meskipun kurang diapresiasi media seperti dulu, Space Race tahun-tahun ini sebenarnya cukup marak. Karena memang dana terbatas, peluncuran “hanya” sekedar orbiter nirawak untuk penelitian. Saat ini pemain Space Race tidak dimonopoli oleh dua negara semata saja. Eropa lewat ESA, Jepang, dan pemain baru yang mengejutkan, Cina dan India. Cina berhasil meluncurkan satelit Chang’e 1 tahun 2007 guna memetakan permukaan bulan, sementara ISRO (Indian Space Research Organisation) dengan Moon Impact Probe, Chandrayaan-1 berhasil mendarat di permukaan bulan tanggal 14 November 2008.

Dua negara bebuyutan yang dulu berkompetisi juga tidak mau kalah. Rusia berencana meluncurkan Luna-Glob pada tahun 2012 nanti. Sementara NASA telah lebih dulu meluncurkan LRO (Lunar Reconnaissance Orbiter) dengan roket Atlas V pada 18 Juni 2009. Orbiter ini bertugas memetakan bulan secara digital agar diketahui topografi yang jauh lebih detail.

NASA juga berencana kembali menempatkan astronot ke bulan. Jika tidak ada halangan yang berarti akan meluncur pada tahun 2019. Lewat proyek Constellation, NASA akan membuat modul komando Orion yang mampu menampung 4-6 astronot. Rencananya roket peluncur baru akan dibangun yaitu Ares I yang berdimensi sedikit lebih pendek dari Saturn V.  Sesuai namanya, roket ini bertujuan untuk misi ke Mars tapi akan dipakai terlebih dahulu untuk ekspedisi ke bulan. Kelak NASA juga akan membangun Ares V yang bisa disebut sebagai roket peluncur terbesar di dunia untuk mengangkut kargo.

Dalam satu wawancara, Neil Armstrong pernah berujar bahwa perjalanan ke bulan sebenarnya makin mudah (dengan kemajuan teknologi) jika dibandingkan generasinya dulu. Tak heran badan swasta, perusahaan atau perorangan juga berniat ikut dalam Space Race ini. Google bahkan telah menyediakan hadiah sebesar 30 juta dollar Lunar X-Prize bagi siapapun yang berhasil mendaratkan modul rancangannya di permukaan bulan.

Mereka-mereka inilah yang ingin menunjukan bahwa tanpa Perang Dingin sekalipun, ekspedisi ke bulan tetap harus dan bisa dilaksanakan. Ternyata bulan memiliki sisi magis yang selalu ingin mengundang manusia untuk menjelajahi dan mengeksplorasi. Bulan akan menjadi pijakan dan langkah pertama bagi penjelajahan dan koloni manusia ke luar angkasa. Bukankah seperti kata pepatah, perjalanan jauh selalu dimulai dengan satu langkah ? (Sudiro Sumbodo, Jakarta, 2009)

Referensi :
  1. Angkasa, “Misi Kembali Ke Bulan : Memperdebatkan Impian Dan Realitas”, No. 9 Juni 1992
  2. Angkasa, “Tragedi Apollo 13”, No.3 Desember 1995
  3. Gatland Kenneth, The Young Scientist Book Of Space Flight, Usborne Publishing, 1975.
  4. Irons-Georges, Tracy, Encyclopedia of Flight, Salem Press, 2002

Internet :
  1. Ares: NASA's New Rockets Get Names, http://www.nasa.gov/mission_pages/constellation/ares/ares_naming.html
  2. Google Lunar X-Prize, http://www.googlelunarxprize.org/
  3. LRO's First Moon Images, http://www.nasa.gov/mission_pages/LRO/multimedia/lroimages/lroc_
    Tiga Maskapai Memberikan Ganti Rugi Akibat Keterlambatan
    Indoflyer, 5/9/2012 8:19:00 AM
     


    Jakarta - Tiga maskapai yaitu Citilink, Batavia Air dan Sriwijaya Air memberi ganti rugi keterlambatan kepada penumpang. Maskapai Citilink membayar denda keterlambatan sebesar Rp.93.6 juta kepada 117 penumpangnya pada rute Surabaya-Jakarta pada hari Minggu (6/5).
     
    Denda ini meliputi biaya ganti rugi hotel dan ganti rugi dari maskapai karena Flight GA018 yang direncanakan terbang pada pukul 19.40 WIB, pesawat dari Jakarta baru tiba sejam kemudian. Saat itu Bandara Juanda telah berhenti beroperasi sehingga penumpang baru dapat diterbangkan esok harinya (7/5).
     
    Sebelumnya Sriwijaya Air telah memberikan denda keterlambatan secara langsung kepada penumpang jurusan Balikpapan-Jakarta pada bulan Februari. Keterlambatan selama 4 jam ini disebabkan kerusakan pada mesin pesawat.
     
    Sedangkan Batavia Air dikenakan sanksi pemberian kompensasi dana tunai akibat delay lebih dari empat jam untuk rute Palangkaraya-Surabaya. Total biaya yang dikeluarkan Batavia adalah Rp.42 juta atau Rp.300,000 per penumpang. Flight Y6374 yang membawa 136 penumpang dewasa, 4 anak, dan 4 bayi yang dijadwalkan terbang pukul 16.35 WITA tanggal 2 Januari 2012, terlambat karena sebab operasional.
     
    Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.92 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut yang berlaku sejak 1 Januari 2012, maskapai penerbangan yang mengalami keterlambatan lebih dari empat jam wajib memberikan ganti rugi sebesar Rp.300,000 per penumpang. (Sudiro Sumbodo)
     
    20090702_a.html

AP II : Jumlah Penumpang Naik
Indoflyer, 4/16/2012 9:32:01 AM
 


Jakarta - Dari catatan Angkasa Pura II (AP II) terlihat adanya kenaikan jumlah penumpang periode Januari-Februari 2012. AP II mencatat jumlah penumpang di 12 bandara mengalami pertumbuhan 18.41% atau 12.47 juta penumpang. Sedangkan pada tahun sebelumnya pada periode yang sama hanya 10.53 juta penumpang.
 
Kenaikan ini disebabkan perekonomian Indonesia yang cukup bagus dengan banyak perjalanan dilakukan oleh pebisnis selain penambahan rute oleh maskapai penerbangan. Angka kenaikan itu dirinci 10.32 juta penumpang adalah penumpang domestik dengan sisanya 2.14 juta adalah penumpang luar negeri.
 
Bandara Soekarno Hatta tercatat sebagai bandara yang melayani jumlah penumpang terbanyak sebesar 8.82 juta per tahun. Untuk mengantisipasi target tahun 2012 ini sebanyak 67.83 juta penumpang domestik dan 14.68 juta penumpang luar negeri, maka AP II berusaha memperluas Terminal 3 yang semula berkapasitas 4 juta penumpang menjadi 25 juta penumpang per tahun.
 
Kerjasama Garuda Dan Susi Air
Indoflyer, 4/13/2012 1:47:10 PM
 


Jakarta - Garuda Indonesia dan Susi Air menjalin kerjasama penjualan tiket bersama lewat nota kesepahaman kerjasama yang ditandatangani kemarin (12/4). Lewat kerjasama ini, Garuda dapat menyediakan tempat penjualan tiket Susi Air lewat Garuda Online Sales sehingga calon penumpang Susi Air dapat memesan lewat tiket online milik Garuda itu.
 
Sementara Garuda dapat mendapat tambahan penumpang dari Susi Air jika ingin melanjutkan penerbangannya ke rute milik Garuda. Dengan kerjasama ini Garuda mentargetkan pendapatan Rp30 milyar dengan perhitungan limpahan 1000 penumpang Susi Air per hari dengan transaksi per penumpang Rp500.000-1 juta.
 
Ini merupakan usaha Garuda mentargetkan pendapatan dari kerjasama dengan perusahaan lain sebesar Rp3 trilyun atau naik 100% dari tahun lalu. Sedangkan Susi Air mentargetkan dapat mengangkut 600.000 penumpang dengan frekuensi 200 penerbangan per hari meningkat dari tahun lalu sebesar 420-480.000 penumpang. (Sudiro Sumbodo)
 

Kerjasama Garuda Dan Susi Air
Indoflyer, 4/13/2012 1:47:10 PM
 


Jakarta - Garuda Indonesia dan Susi Air menjalin kerjasama penjualan tiket bersama lewat nota kesepahaman kerjasama yang ditandatangani kemarin (12/4). Lewat kerjasama ini, Garuda dapat menyediakan tempat penjualan tiket Susi Air lewat Garuda Online Sales sehingga calon penumpang Susi Air dapat memesan lewat tiket online milik Garuda itu.
 
Sementara Garuda dapat mendapat tambahan penumpang dari Susi Air jika ingin melanjutkan penerbangannya ke rute milik Garuda. Dengan kerjasama ini Garuda mentargetkan pendapatan Rp30 milyar dengan perhitungan limpahan 1000 penumpang Susi Air per hari dengan transaksi per penumpang Rp500.000-1 juta.
 
Ini merupakan usaha Garuda mentargetkan pendapatan dari kerjasama dengan perusahaan lain sebesar Rp3 trilyun atau naik 100% dari tahun lalu. Sedangkan Susi Air mentargetkan dapat mengangkut 600.000 penumpang dengan frekuensi 200 penerbangan per hari meningkat dari tahun lalu sebesar 420-480.000 penumpang. (Sudiro Sumbodo)
 
Tiga Maskapai Siap Terbang Ke Timika
Indoflyer, 5/3/2012 11:28:40 PM
 


Jakarta- Batavia Air, Lion Air, dan Sriwijaya akan segera membuka rute penerbangan ke Timika, Papua Barat. Batavia Air optimis mengingat telah mendapatkan ijin pembukaan rute dari dan ke Timika dari Pemerintah Kabupaten Mimika. Rencananya Batavia akan mulai terbang pada bulan Juni 2012 dengan rute Jakarta-Makassar-Jayapura-Timika. Sedangkan Sriwijaya dan Lion Air masih dalam proses. Rencananya Sriwijaya terbang ke Timika dengan rute Jakarta-Makassar-Timika-Merauke sedangkan Lion dengan rute Jakarta-Makassar-Timika-Jayapura.
 
Walaupun sebuah maskapai penerbangan telah mendapat ijin, masalah lainnya yang muncul adalah infrastruktur Bandara Mozes Kilangin yang masih belum memadai untuk layanan maskapai penerbangan selain milik Freeport. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Mimika akan membangun apron dan taxiway tambahan untuk kepentingan penerbangan komersil. (Sudiro Sumbodo)
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar