Langsung saja. Foto
spotting yang bagus itu kayak gimana sih? Bagus disini secara teknis
karena foto itu sangat-sangat subjektif, tegantung dari sudut pandang
mana kita lihat. Bagus menurut saya belum tentu bagus menurut
rekan-rekan, makanya saya bilang bagus secara teknis. Ok, mari kita bahas satu persatu. Sekali lagi ini cuman sharing, berdasarkan pengalaman saja. 1. Pahami rumus dasar fotografi. Ada
yang bilang dasarnya “Triangle Photography,” yaitu hubungan antara
Speed, Diafragma/aperture, dan ISO. Saya ngga bahas disini, saya yakin
sudah pada ngerti. Yang mesti diperhatikan adalah, penggunaan Speed,
Aperture, dan ISO akan mempengaruhi hasil foto. Apakah mau freeze, mau
panning, dst? Atau mau bokeh? Atau mau grainy? 2. Kenali equipment kita. Seperti
yang pernah dibahas Oom Didik di thread “Kenali ‘cangkul’ kita.”
Sebelum motret, ada baiknya kita kenali baik-baik equipment yang akan
kita pakai. Kamera dan lensa adalah alat utama untuk menangkap moment
spottingan. - Kamera Kenali karakternya, mulai dari
handling, tombol2, dial, picture style (kalo pake Canon) ato image
optimization/picture control (Nikon), metering (ada evaluative metering
di Canon, sampai ada 3D matrix metering di Nikon, ada average, ada spot,
dst), kenali juga fitur-fiturnya (ada noise reduction, ada active
D-lighting di Nikon, dst), Autpfocus mode (ada single, ada
servo/continuous, ada manual), dan seterusnya, bisa dibaca-baca di
manual book kamera masing-masing. - Lensa Begitu juga dengan
lensa yang akan dipakai, kenali baik-baik karakternya. Pada
bukaan/diafragma dan focal length berapa lensa tersebut menunjukkan
performa terbaiknya. Sebagai contoh, lensa saya AF Nikkor 80-200 f/2.8
ED N menunjukkan performa terbaik pada FL 135mm pada bukaan 4-8. Kenali
juga karakter warna, dan kontras, yang dihasilkan. - Filter Kalo
pake filter, perhatikan juga efeknya. Saya pribadi memilih untuk tidak
menggunakan filter (UV filter yg bagus untuk diameter 77mm masih mahal) Ok, sampai disini kita hampir siap untuk spotting. Hehehe.. Lanjut lagi tambahannya 3. Lighting/pencahayaan Lighting
adalah hal yang sangat penting dalam fotografi. Fotografi itu sendiri
kan melukis dengan cahaya. Fotografer yang sudah berpengalaman sangat
memperhatikan hal ini, sayangnya, fotografer amatir/hobby jarang sekali
memperhatikan hal ini. Padahal, lighting/pencahayaan kontribusinya
sangat besar pada gelap/terang foto, warna, hingga bentuk/shape. Kenali
juga cuaca. Dalam kegiatan spotting, kita menggunakan pencahayan dari
Tuhan yaitu matahari sebagai source of light/main light. Jika kita
spotting di pinggir runway bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, hal yang
sangat mengganggu adalah cuaca. Dimana sering sekali mendapatkan
pencahayaan yang flat, langit abu-abu (instead of blue), haze/kabut, dan
lain-lain. Tetapi biasanya awal tahun dan tengah tahun atau disela-sela
musim hujam, cuaca Jakarta tidak waras alias bagus. Selain itu,
perhatikan juga waktu pengambilan gambar karena berefek pada arah
datangnya cahaya. Jam-jam tertentu seperti pagi (jam 6-9) atau sore (jam
4-6) pencahayaan bagus, arah datangnya cahaya tidak dari atas,
melainkan dari samping, sehingga dapat menghasilkan foto yang bagus. Foto ini "maksa," sebenernya ini backlit, arah datangnya cahaya tidak pas Bandingkan dengan ini: Ada juga namanya Golden Hours, biasanya beberapa menit menjelang matahari terbit dan beberapa menit setelah matahari terbenam. Pengaruh
lainnya dari pencahayaan adalah kontras. Jika kita spotting dengan
kondisi cuaca yang hazy, maka dijamin fotonya akan low contrast, seperti
foto berikut. Sebaliknya
jika spotting dengan kondisi yang cuaca cerah, maka foto yang
dihasilkan cenderung kontras, seperti foto berikut. Ini ada hubungannya
juga dengan karakter sensor kamera (CMOS/CCD), kualitas lensa, bahkan
bisa juga dari penggunaan filter. 4. Angle. Singkatnya
ini adalah sudut pandang kita terhadap suatu objek. Dari sudut mana
suatu objek dapat terlihat lebih bagus. Dalam kegiatan spotting, dimana
segala sesuatunya terbatas (pengalaman spotting di CGK), angle dapat
ditentukan dari lokasi spotting. Penentuan lokasi/angle tersebut juga
dapat dipengaruhi oleh lighting/arah datangnya cahaya. 5. Komposisi. Arti
simplenya adalah bagaimana menempatkan objek dalam sebuah frame
sehingga foto yang dihasilkan terlihat menarik. Ada banyak macamnya; ada
Rule of Third, ada Golden Section Rule, ada Diagonal Rule, dst. Untuk
jelasnya mungkin bisa Tanya sama oom Google. Hehe.. 6. Timing Atau
ada yang biasanya menyebut momentum. Hal ini tergantung dari kejelian
mata kita untuk menekan shutter. Foto pesawat yang sedang taxi tentu
akan berbeda jika pesawat tersebut sedang touch down dengan kepulan asap
di roda, atau sedang rotate. Kurang
lebih dengan hal-hal diatas kita sudah bisa bikin foto yang bagus
secara teknis, Karen memang hal-hal tersebut diatas sangat-sangat
mendasar. Pengen segera praktek? Sebentar, tahan dulu.. Lanjut lagi.. 7. EDFAT Saya
menyadur alias copas dari tulisan bapak Manda, kalo ngga salah pernah
bikin artikel tentang pendekatan EDFAT dalam kegiatan spotting. Ada
beberapa yang sudah dibahas diatas. ENTIRE: Entire adalah foto
keseluruhan dari sebuah peristiwa, dari foto entire yang kita hasilkan
kemudian kita dapat mencari lagi lebih dalam foto-foto berikutnya.
Entire biasa dikenal sebagai established Shot. DETAIL: Detail
merupakan foto yang lebih rinci dari sebuah objek foto dalam suatu
peristiwa. Biasanya detail adalah merupakan Point Of interest yang
betul-betul spesifik dari objek yang bersangkutan atau bisa juga
merupakan sebuah ciri khas spesifik dan juga karakter spesifik si objek.
FRAME: Frame biasa kita kenal dengan Framing, disini kita dapat
membuat foto dengan menentukan komposisi, kita membingkai sebuah objek
foto dengan akurat dan memiliki unsur estetika. Frame akan membuat
fotografer pemula makin mengenal arti sebuah komposisi, karena erat
kaitannya dengan penempatan objek, pemilihan elemen, pola, dsb. ANGLE: Angle merupakan sudut pengambilan foto terhadap suatu objek dalam sebuah peristiwa. TIME:
Time erat kaitannya dengan sebuah momen. Kecepatan adalah hal yang
mutlak disini, kecepatan bukan berarti kecepatan dalam shutter speed
saja, namun juga kecepatan bertindak dan juga kejelian dalam melihat
sesuatu. 8. FART Istilah ini punyanya Oom
Kenrockwell. FART: Feel, Ask, Refine, Take. Sebuah foto yang baik
berawal ketika kita mendapatkan perasaan untuk membuat sebuah foto.
Apapun perasaan tersebut. Itulah Feel disini. Lalu, biasanya jika kita
melihat suatu momen tertentu, terkadang tanpa kita sadari kita bertanya
pada diri sendiri, “Kenapa sih gw mesti ngejepret objek/momen ini?” Nah,
itulah Ask disini. Lalu setelah itu kita mulai mengintip dibalik
viewfinder, dan mulai berpikir dalam hati, “Kayaknya bagus kalo
begronnya itu.” Atau, “Seandainya ada sign atau tulisan akan lebih
bagus.” Dan akhirnya kita menunggu momen yang tepat untuk menekan
shutter. Inilah arti Refine, yaitu menyempurnakan. Saat ini lah kita
menentukan komposisi atau angle yang tepat. Terkadang hal ini sangat
cepat terjadi. Dan akhirnya kita menekan shutter, melihat lcd, dan
membatin, “Yes, dapet!” itulah Take. Ngeteh dulu boleh. Hehehe.. Di
era digital seperti sekarang ini, kadang fotografer dipusingkan dengan
warna. Banyak sekali hal yang mempengaruhi warna sebuah foto (selain
lighting yang sudah dibahas diatas). Permasalahan warna ini efeknya
macem-macem, sampai post processing juga. Mari kita bahas lagi.. 9. White Balance (WB). Yes,
kamera digital dilengkapi dengan ini. Intinya, bagaimana objek warna
putih benar-benar terlihat putih. WB adalah temperatur warna, sehingga
satuannya dalah derajat Kelvin. Motret siang bolong dengan cuaca cerah
rata-rata temperatur nya 4800-5200 ˚K. Gampangnya set saja kamera kita
ke mode AWB atau Auto White Balance, beres. Tapi kita juga bisa
bereksperimen dengan warna White Balance ini. Apalagi kalo kita pake
Canon, kita bisa main-main dengan WB bracketing (CMIIW). Kalo mau warna
agak kuning (warm) set WB dengan temperature yang lebih tinggi. Bisa
juga pake cloudy (icon awan mendung) atau shade (icon rumah &
bayangan). Detilnya Tanya ke oom Google yaa.. Banyak fotografer
pemula yang kurang memperhatikan hal ini, efeknya foto yang dihasilkan
menjadi aneh warnanya. Kadang agak magenta (ungu), cyan (biru muda),
red, atau green. Hal ini bisa dihindari jika kita mengerti soal WB dan
warna itu sendiri. Kalem aja, nanti juga dibahas.. 10. Kalibrasi monitor. Hal
ini sangat penting jika kita menggunakan file digital. Apalagi untuk
hasil foto yang di publish ke internet/posting di forum seperti ini,
dimana orang seluruh dunia bisa melihat dengan media monitor. Mau pake
Mac atau PC sebisa mungkin monitornya di kalibrasi. 11. Color profile – sRGB vs. Adobe RGB Sering
liat kata itu kan? Njlimet? Ngga juga lah, yang penting dipahami saja.
Kalo mau tau artinya silakan tanya oom Google. Hehehehehe.. Saya cuman
mau kasih gambaran saja. sRGB itu mengandung warna yang lebih sedikit
dari Adobe RGB. Sebaiknya kalo motret pakai sRGB saja. Lho kok gitu?
Iya, karena hampir semua monitor sampai printer yang ada itu menggunakan
color profile sRGB. Lagipula untuk kebutuhan posting sampai cetak,
dengan sRGB saja sudah cukup. Hasilnya juga secara kasat mata ngga
keliatan. 12. Warna itu sendiri Yah, tau lah ada
warna apa saja. Ya kan? Tapi coba liat lagi file-file foto spottingan
rekan-rekan. Sudah? Ada ngga yang warnanya aneh? Ada yang agak magenta,
cyan, red, atau green? Nah, saya cuman mau bahas lawan warnanya saja: - Cyan lawannya Red - Magenta lawannya Green - Yellow lawannya Blue Ini
bermanfaat dalam post processing. Kalo ada foto yang warnanya cenderung
ungu seperti foto berikut, bisa ditambah hijau untuk memperbaiki, dst. Foto dengan warna nyeleneh ini juga ada hubungannya dengan WB di poin sebelumnya Coba bandingkan dengan foto ini: Bagusan mana? 13. Post processing. Ada
macam-macam software pengolah foto. Ada Adobe Photoshop, Adobe
Lightroom, Apple Aperture, Capture One, dst. Umumnya yang dipakai adalah
Adobe Photoshop. Untuk cara cepatnya sudah pernah saya bahas, bahkan
sampai yang sedikit njlimet. Hanya mengingatkan saja, jangan sampai
menggunakan software ini secara berlebihan, kecuali jika direncanakan
sebelumnya. Banyak yang salah kaprah ketika menggunakan software semacam
ini adalah untuk memperbaiki foto yang secara teknis salah. Ini salah
sebenarnya. Yang benar, software ini digunakan untuk menyempurnakan foto
yang baik secara teknis. Foto sakit masuk photoshop jadi sehat? Itu
salah! Foto gelap diterangkan lewat software ini salah lho.. Jadi sekali
lagi, pergunakan photoshop dengan baik, tingkatkan skill foto anda. Hehehehe.. Masih betah scrolling kan? Mudah-mudahan masih. Dibawah ini lebih ke tips saja. 14. File output. RAW
atau JPEG? Jawabannya sesuaikan kebutuhan. Kalau hanya untuk diposting
dengan ukuran maksimum 1024px (bahkan cuma 800px), JPEG saja sudah
cukup. Hal ini juga berhubungan dengan pengelolaan foto. 15. Pengelolaan foto. Selesai
motret/spotting, biasakan direview. Kalo ada yang jelek (apalagi jelek
secara teknis kayak shake, under, out of focus, dll) langsung hapus
saja. Buat apa disimpan, toh juga ngga ada gunanya. Yang ada malah
menuh-menuhin harddisk. Hehehe.. Biasakan pula secara rutin back-up
harddisk anda. Bisa burn ke CD/DVD ato harddisk external. Lalu biasakan
hanya memposting foto yang benar-benar bagus, utamakan kualitas bukan
kuantitas.. Tenang, udah hampir habis kok.. Terakhir adalah.. 17. Ide/konsep – referensi. Biasakan
spotting dengan idea tau konsep. Misalnya, “Gw mau motret pesawat take
off, begronnya sunset.” Atau, “Gw mau spotting pesawat approach,
begronnya sunset.” Atau cari referensi dari website kayak airliners.net.
Dengan begitu kita akan lebih terorganisir motretnya. Dengan contoh
tadi, kita sudah bisa menentukan lokasi spotting (angle), pencahayaan,
komposisi, penggunaan lensa wide atau tele, timing, momen, EDAT atau
FART tadi, hingga post processing. Sehingga ngga perlu buang-buang
frame, bahkan sampai menuh-menuhin memory card/harddisk. Alhasil, ngga
perlu lama-lama spottingnya, banyakin ngobrolnya, karena itulah esensi
dari spotting. Hahahahaa.. 18. Keep it simple. Spotting
nenteng equipment berat-berat? Wew, saya sih ngga mau. Hehe.. Jadi,
bawa seperlunya saja, sesuaikan dengan konsep/ide tadi. Kalo perlu bawa
body+lensa tele ya sudah, itu saja. Ngga perlu lah bawa yang lain.. Saya
ngga bisa membayangkan kalo bapak Manda, bapak Rian, bapak Edo jalan
dari ujung 25R sampai ujung 07L sampai ke pintu M1 nenteng equipment
bejibun. Hahaha.. Demikianlah
rekans, mudah-mudahan ngga siwer bacanya. Sekali lagi saya tidak ada
maksud apa-apa, hanya sekedar sharing saja. Ini juga berlaku buat
foto-foto lain, tidak terbatas foto spotting saja. Ini IMHO CMIIW yaa.. Semoga berkenan dan bermanfaat. Mudah-mudahan habis baca artikel ini hasil-hasil foto rekan-rekan bisa lebih baik secara teknis.
Tentang Die-cast Skala 1:500 |
Felix Wang, 6/14/2008 10:04:31 PM
|
|
|
Photo : Herpa
Herpa Wings
Herpa
boleh dikata "memimpin" pasar model maket bandara maupun model pesawat
terbang berskala 1:500 dunia baik dari segi kualitas maupun ragam
skala/ukuran, airline livery, dan tipe pesawat yang diproduksi.
Perusahaan ini bermarkas di Kota Dietenhofen, Jerman, yang sekaligus
juga memproduksi miniatur kendaraan darat ( mobil, bus, dan truk ) dari
berbagai skala, baik untuk dijual bebas maupun berdasarkan pesanan
perusahaan tertentu ( hanya beredar di kalangan perusahaan yang
bersangkutan, atau sekedar sebagai cinderamata ).
Kelengkapan
maket bandara yang diproduksi Herpa Wings sangatlah beragam, mulai dari
bangunan terminal bandara lengkap dengan garbarata dan menara pengawas,
sampai ke pernik-pernik kecil seperti lampu, miniatur pagar kawat,
mobil catering, mobil pendorong pesawat terbang, dan orang-orangan.
Baru-baru ini mereka mengumumkan akan meluncurkan airport lighting
system, sistem penerangan bagi maket bandara, namun informasi jelasnya
masih dirahasiakan karena Herpa mengkhawatirkan teknologinya ditiru oleh
sang pesaing utama, StarJets.
Secara garis besar, model-model pesawat berskala 1:500 produksi Herpa dapat dikelompokkan menjadi 2:
1. Old Generation
Merupakan
model-model keluaran lama, yang kualitas detilnya tidak terlalu baik.
Ciri utama model-model generasi ini adalah memiliki roda-roda pendarat
yang dapat berputar ( sehingga model pesawat yang bersangkutan dapat
digelindingkan ke depan maupun ke belakang ). Untuk beberapa jenis
pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A300, A310, A330, A340, atau
Boeing 747 dan 777 sih OK-OK saja, tetapi menjadi terlalu besar
(oversized) untuk model-model pesawat kecil seperti Boeing 737 atau
MD80. Ciri lainnya adalah kedua ekor horizontal yang terlihat jelas
disisipkan pada bagian akhir fuselage dari belakang atau dengan kata
lain, bagian belakang fuselage tidak semirip dengan pesawat aslinya.
Pesawat-pesawat model 1:500 yang sementara ini beredar di Indonesia
masih seluruhnya merupakan model-model Old Generation.
2. New Generation
Merupakan
model-model yang diproduksi Herpa mulai tahun 2001, sebagai jawaban
atas munculnya StarJets - satu pesaing baru yang juga memproduksi
model-model pesawat berskala 1:500 dengan kualitas detil lebih baik.
Ciri utamanya adalah roda-roda pendarat yang disesuaikan dengan ukuran
tubuh pesawat terbang, sehingga penampilannya sangatlah manis (
bayangkan sebelumnya model-model pesawat terbang berbadan sempit
seolah-olah memakai "sepatu boot" karena memiliki roda-roda yang sama
ukurannya dengan pesawat-pesawat berbadan lebar sekelas Boeing 747 !).
Selain
itu, roda-roda pendarat tersebut juga lebih terperinci fiturnya
misalnya untuk roda hidung dilengkapi dengan push-back tugs (sarana
untuk mengaitkan besi ketika pesawat yang sesungguhnya didorong/ditarik
oleh mobil khusus di apron bandara). beberapa bagian pesawat juga
diperbaharui: antara lain bentuk hidung, winglet, dan sayap pada Boeing
747-400, bentuk bagian belakang pesawat terbang juga semakin menyerupai
aslinya karena kedua ekor horizontal dilekatkan pada sisi kiri dan
kanan fuselage. Walaupun demikian, menurut pengamatan Penulis masih ada
beberapa kelemahan model-model generasi baru Herpa Wings:
a.
Kadangkala sudut yang dibentuk oleh ekor tegak dengan ekor horizontal
kiri tidak sama dengan sudut antara ekor tegak dengan ekor horizontal
kanan ( atau sebaliknya ).
b.
Pencapan atau pensablonan jendela, pintu atau logo kadangkala tidak
akurat/miring, tidak pada tempat yang semestinya ( terlalu tinggi atau
rendah ), atau warnanya kurang tepat.
c.
Khusus model Boeing 737 - letak roda hidung terlalu jauh dari ujung
hidung pesawat ( terlalu ke dalam ), bagian belakang (rear fuselage)
kurang ramping, dan pada bagian tengah perut rata - tidak terdapat
lubang untuk ruang roda pendarat utama; coba sesekali Anda perhatikan
Boeing 737 yang sedang terbang di udara dengan posisi roda berada di
luar ( ketika akan mendarat ): pasti terlihat 2 lubang menganga di
bagian perut / di antara kedua sayapnya - karena khusus untuk jenis
pesawat ini, ruang roda pendarat utama tidak dilengkapi pintu seperti
pada jenis-jenis pesawat terbang (jet) lain.
d.
Hidung model pesawat A319, A320, dan A321 kurang meruncing tetapi
model-model sejenis yang pada 2003 telah mengalami penyempurnaan bentuk
hidung. Ada model-model pesawat terbang dalam livery beberapa
maskapai penerbangan ( terutama Cathay Pacific, Dragonair, Air Macau,
dan All Nippon Airways ) yang memiliki ciri-ciri fisik dan kualitas
persis seperti produksi Herpa Wings, tetapi sebenarnya diproduksi oleh
perusahaan lain dengan membayar lisensi / hak paten dari Herpa Wings.
Model-model pesawat tersebut umumnya hanya dijual di in-flight shop
maskapai penerbangan yang bersangkutan, walaupun kadang-kadang dapat
juga ditemui di toko-toko hobby ( dengan harga yang jauh lebih mahal
daripada model-model Herpa reguler ). Ada pula yang disebut
sample model, yaitu model-model yang sempat diproduksi ( dengan
kuantitas sangat terbatas, hanya sekitar 50 unit ), tetapi tidak
mendapat persetujuan dari maskapai penerbangan yang namanya akan dipakai
pada jenis model pesawat yang bersangkutan. Beberapa di antaranya
terbuat dari plastik ( B747-200 Virgin Atlantic dan ANA ) dan karena
jumlahnya yang terbatas, harga jualnya sangat tinggi dan diburu
kolektor. Penulis sendiri saat ini sangat menginginkan model contoh
DC10-30 Garuda Indonesia, tetapi apa daya, informasi yang dapat
diperoleh sangatlah minim. Selain itu, tidak ada satu orang / toko pun
yang pernah memajang gambarnya di internet, sehingga hal ini sangatlah
membuat penasaran. Herpa menerbitkan majalah dua bulanan yang
bertajuk Wings World. Majalah ini berisi informasi tentang produk-produk
keluaran terbaru perusahaan tersebut, termasuk model pesawat terbang
berskala 1:500, 1:400, dan 1:200. Anda pun dapat mengunjungi
website-nya: www.herpa.de.
Herpa juga mempromotori Herpa Wings Club. Setiap tahun dikeluarkan
model-model pesawat terbang edisi terbatas (limited edition) yang
diprioritaskan bagi para anggotanya dan kadangkala dijual di beberapa
toko dengan harga 2-3x lipat. Di Jakarta toko-toko yang menjual
model-model pesawat terbang produksi Herpa Wings antara lain: Best
Replica ( terdapat satu toko di Kelapa Gading dan satu toko lagi di
Plaza Blok M ) dan Peter&Partner ( Mal Taman Anggrek ). Namun
apabila Anda menginginkan model-model pesawat terbang keluaran terbaru,
tempat terdekat adalah negara tetangga Singapura; Anda dapat mengunjungi
The Orchard Store yang terletak di John Little Shopping Centre (Orchard
Road). Mereka memiliki stok yang cukup lengkap ( baik Herpa Wings
maupun StarJets ) dan harganya relatif murah dibandingkan toko-toko lain
di Singapura. StarJets
"As
Real As It Gets". Made for Collectors by Collectors, itulah semboyan
StarJets, yang merupakan runner up sekaligus pesaing berat Herpa Wings.
Tetapi memang semboyan tersebut bukanlah bualan. Model-model pesawat
terbang StarJets mulai diluncurkan tahun 2001, oleh perusahaan yang juga
memproduksi model-model berskala 1:400 dengan merk Gemini Jets.
Perusahaan ini berkedudukan di Talahassee, Florida (AS), tetapi semua
model pesawatnya diproduksi di RRC ( demikian juga Herpa ).
Penulis
mulai mengoleksi pesawat model berskala 1:500 juga lantaran tertarik
melihat model Boeing 747-441 Garuda Indonesia (registrasi PK-GSI) yang
penampilannya begitu menggoda. Perhatian Penulis saat itu tertuju pada
logo GA di ekor pesawat, kepala dan kelima "bulu" sayapnya,
masing-masing memiliki warna yang berbeda ( gradasi dari biru keunguan,
toska, sampai hijau daun ) seperti pada pesawat terbang aslinya. Penulis
yakin, sampai saat ini belum pernah ada produsen model lain di dunia
yang memproduksi model GA sedetil itu ( bahkan di Indonesia !). Setahun
yang lalu Herpa Wings meluncurkan model Airbus A330-300 GA (registrasi
PK-GPG), tetapi warna logo pada ekornya tidak seindah produksi StarJets.
Sebagai
pemain baru, ragam jenis pesawat dan maskapai penerbangan yang
diproduksi StarJets belum sebanyak Herpa Wings dan berdasarkan
pengamatan Penulis, masih ada beberapa kelemahannya:
1. Kelingan/sambungan kedua ekor horizontal dengan bagian belakang fuselage terlihat jelas. 2.
Roda pendarat hidung pada beberapa jenis pesawat tidak sedetil
produksi Herpa Wings. Bahkan pada model Boeing 757, Airbus
A319/A320/A321, dan beberapa model Boeing 747 yang diproduksi sekitar
tahun 2001 tidak dilengkapi pintu roda pendarat hidung. 3. Kadangkala didapati pensablonan jendela, pintu, atau logo yang kurang akurat (miring/tidak pada tempatnya).
Seperti
Herpa, StarJets yang kini sudah menghentikan produksinya, juga
memproduksi beberapa model yang diperuntukkan bagi in-flight shop ; saat
ini, model eksklusif in-flight shop yang diproduksi adalah Japan
Airlines ( terdiri dari jenis DC8, B727-100, B747-400, B767-300,
B777-300, dan MD11 ) serta Boeing 747-412 Singapore Airlines Tropical
Megatop - ada dua versi model Jumbo Jet yang seluruh tubuhnya dicat
berwarna-warni cerah ini: versi pertama yang dipasarkan untuk umum
dibubuhi registrasi 9V-SPK ( pesawat aslinya hancur ketika mengalami
kecelakaan di runway Bandara Chiang Kai Shek, Taipei tahun 2000 lampau
), sementara versi kedua yang diperuntukkan bagi in-flight shop
beregistrasi 9V-SPL. Sebelumnya, StarJets juga memiliki klub penggemar
dan bagi para anggotanya diluncurkan model-model eksklusif ( antara
lain B747-451 Northwest dalam livery lama dan MD11 Aer Lingus ). Tetapi
belakangan banyak anggota yang mengeluhkan ketidakpedulian pengurus klub
tersebut ( padahal para anggotanya berasal dari berbagai negara ).
Inflight 500
Pabrikan
ini memproduksi model-model berskala 1:200 dan 1:500. Produksinya dalam
skala 1:500 cukup beragam dengan kualitas detil yang sangat baik. Boleh
dibilang Inflight 500 memproduksi model-model Boeing 737 dan Douglas
DC10 yang terbaik dalam skala 1:500. Beberapa model Boeing 737 merupakan
model-model yang belum pernah diproduksi dalam skala 1:500 seperti Air
Malta dan Shenzhen Airlines. Lebih dari separuh produksi model Inflight
500 saat ini dirilis dalam warna atau livery lama/historis, seperti
DC10-30 Pakistan International Airlines dan British Airways, B727 Air
Algérie ( belum pernah diproduksi pabrikan lain ).
Big Bird
Boleh
dikata, kualitas model Boeing 747 produksi Big Bird adalah yang paling
menyerupai pesawat aslinya, dari segi bentuk maupun detilnya ( antara
lain registrasi, nose name, maupun tulisan-tulisan kecil lainnya,
seperti,"CUT HERE IN EMERGENCY" pada fuselage, "NO STEP" pada
permukaan sayap, garis-garis pada mesin, dsb ). Perusahaan ini
meluncurkan produknya untuk pertama kali pada bulan Maret 2002, berupa 2
buah model Boeing 747, masing-masing seri -300 dan -400, di bawah
bendera Ansett Australia dengan special livery Olympiade Sydney. Seperti
telah dikatakan sebelumnya, Big Bird tidak pernah mencantumkan alamat
perusahaan maupun situs internet karena mereka memproduksi model-model
pesawat terbang tanpa izin dari maskapai penerbangan yang dipakai nama
livery-nya.
Jumlah model yang diproduksi
untuk setiap edisinya berkisar antara 500-1000 unit, sehingga harga
model-model pesawat Big Bird umumnya lebih mahal 50% daripada
model-model sejenis produksi reguler Herpa Wings dan StarJets. Big Bird
lebih berkonsentrasi pada model-model Boeing 747 dengan special livery,
logo lama / historis, dan logo terbaru yang belum diproduksi oleh
produsen lainnya ( misalnya beberapa seri Boeing 747-446 Domestic JAL
dengan gambar tokoh-tokoh kartun Walt Disney ). Baru-baru ini Big Bird
juga meluncurkan 2 model, masing-masing B747-446 dan B747-446D dengan
logo JAL yang terbaru, The Arc of the Sun, juga 2 versi B747-4J6 Air
China dengan registrasi yang berbeda.
Netmodels
Seperti
Big Bird, Netmodels juga merupakan produsen model-model pesawat terbang
yang tidak memiliki izin / lisensi untuk menggunakan livery maskapai
penerbangan tertentu pada pesawat model yang diproduksinya (ilegal).
Walaupun demikian, kualitasnya cukup baik dan sebanding dengan
model-model produksi Herpa Wings, StarJets, dan Big Bird. Selama ini
Netmodels hanya memproduksi model pesawat Boeing
747-300/-400/-400D/-400F dan Boeing 757-200/-200F. Produksi terbaru
Netmodels ( diluncurkan bulan Maret lalu ) adalah 3 versi jumbo kargo
Korean Air, yaitu B747-4B5F dan dua versi B747-2B5F ( masing-masing
dengan registrasi berbeda ).
Kedudukan
perusahaan yang misterius ini diperkirakan di daratan RRC, sebab
sebagian besar model yang diproduksinya menggunakan livery beberapa
maskapai penerbangan regional RRC dan Taiwan. Tidak banyak toko hobby
yang menjual model-model pesawat produksi Netmodels; antara lain adalah
Toymax di Hongkong ( www.toymaxco.cc) dan Aviation Center di Berlin ( www.aviation-center.de). Skyliners, Dream Jets, dan Five Stars
Skyliners
selama ini baru memproduksi satu jenis model, yaitu Embraer 145 di
bawah bendera American Eagle dan secara eksklusif model-model tersebut
dipasarkan melalui C.R.Smith (American Airlines) Museum. Dream Jets
adalah salah satu pemain baru dalam kancah pesawat model berskala 1:500,
namun segera menghilang kembali. Saat ini terhitung baru ada beberapa
model yang diluncurkan, mayoritas dengan special livery seperti: MD11
Delta Airlines (Olympiade Atlanta), B747-419 Air New Zealand (Tim Rugby
Nasional "All Black"), A320-200 Air Canada (Raptor), B747-412 dan
A340-313X Singapore Airlines (50th Anniversary).
Five
Stars merupakan pemain baru yang mulai berproduksi sekitar akhir 2006.
Beberapa model produksinya ( skala 1:400 dan 1:500 ) sangat menarik, di
antaranya adalah B747-2U3B Garuda Indonesian Airways "City of
Yogyakarta" ( logo lama ) dan Ilyushin 76MD Air KoryÅ.
C&C dan H-T
C&C
sebelumnya memiliki situs internet dan sudah memproduksi beberapa model
pesawat berskala 1:500 dengan ragam jenis dan airline livery yang tidak
sedikit. Walaupun mutunya tidak terlalu baik, model B747-200F,
B747-400, dan B747-400 Combi dengan logo Air China yang dipasarkan
sebagai in-flight model merupakan barang koleksi yang menarik. Saat ini
website C&C sudah lenyap dan tidak ada lagi informasi yang dapat
digali oleh Penulis mengenai keberadaan perusahaan ini. C&C saat ini
masih memproduksi beberapa model pesawat terbang berskala 1:400 –
salah satunya adalah Boeing 747-200 Garuda Indonesia.
H-T
kemungkinan merupakan "embrio" C&C. Perusahaan ini adalah 100%
menjalankan bisnisnya secara ilegal, bahkan ada salah satu produknya
yang dipasarkan di bawah tangan dengan kemasan berlogo Herpa Wings!
Model tersebut adalah A340-300 Virgin Atlantic "Lady in Red"
bertuliskan "NO WAY BA/AA" pada kedua sisi bagian belakang
fuselage. Dan harga model "Herpa palsu" tersebut menjadi selangit saat
ini, sebab merupakan barang langka yang diburu kolektor. Ada 3 produk
lain yang juga diproduksi tanpa lisensi, masing-masing adalah A340-300
China Southwest Airlines, A340-300 Singapore Airlines, dan MD11 China
Eastern Airlines; jangan tanyakan kualitasnya ,sangat buruk dibandingkan
model-model yang diluncurkan produsen lain ( mungkin hanya model-model
produksi Schabak yang kualitasnya lebih buruk ).
Makin Berumur Makin Mahal
Kadangkala
model pesawat terbang menjadi langka di pasaran karena dihentikan
produksinya (discontinued), merupakan edisi terbatas (limited
edition/release), atau terdapat kesalahan warna, gambar/logo, atau
penulisan seperti perangko. Penulis telah membuktikannya sendiri:
sebagai kolektor yang hanya mengumpulkan model-model 1:500 dengan logo
terbaru, Penulis pernah menjual model Airbus A340-200 Austrian Airlines
seharga $50,00; padahal model tersebut hanya dibeli seharga Rp 110 000,
00 beberapa tahun sebelumnya !
Toko-toko
hobby yang menjual pesawat terbang model di Jakarta umumnya masih
memiliki stok lama yang kadang-kadang dijual lebih mahal di luar negeri.
Misalnya model A310-300 Air Niugini dijual di Peter & Partner ( Mal
Taman Anggrek ) seharga Rp 250 ribu sementara situs Aviation Center USA
menawarkannya seharga $39,00 ( belum termasuk ongkos kirimnya ).
|
Asal Bukan Tetuko |
Sudiro Sumbodo, 7/10/2012 3:40:00 PM
|
|
|
CN235
Tetuko adalah pesawat prototipe yang sangat berjasa besar bagi industri
penerbangan nasional. Jika sampai terealiasi sebuah ide untuk
menjadikannya sebuah monumen justru dapat disebut sebagai sebuah bentuk
ketidak hormatan terhadap sejarah penerbangan Indonesia.
Dalam
berita itu tak disebutkan CN235 mana yang dipakai. Yang paling
ditakutkan adalah jika yang dipakai adalah pesawat CN235 pertama,
bernomor registrasi 01N atau N-P1 alias Tetuko. Sudah sering kali
pesawat bernomor/beregistrasi pertama ini tidak mendapat tempat yang
selayaknya di negeri ini, padahal pesawat ini justru yang paling
bersejarah diantara lainnya.
Sebagai
contoh C-130B Hercules pertama yang memperkuat TNI-AU beregistrasi
A-1301 –merupakan Hercules seri B pertama yang di ekspor keluar Amerika
Serikat–justru berakhir menjadi monument di Lanud Sulaiman, C-212 A-2101
menjadi monumen di Lanud Hussein Sastranegara, dan A-4 Skyhawk TT-0401
menjadi monumen di kota Sengkang, Sulawesi Selatan.
Seharusnya
ketiga pesawat ini mendapat tempat terhormat di dalam jajaran koleksi
Museum Dirgantara Mandala, agar jauh lebih terawat dan lebih dapat di
nikmati dengan mudah oleh generasi penerus secara menyeluruh. Bukan
hanya dinikmati sebagian pihak saja
Bagi
sebuah pabrik pembuat pesawat terbang, membuat pesawat nomor satu atau
pesawat prototipe adalah hal yang paling penting sebelum pesawat itu
diproduksi massal. Dari pesawat prototipe itulah dilakukan serangkaian
pengujian sehingga menghasilkan sebuah pesawat yang sempurna, aman
dioperasikan, nyaman diterbangkan, dan diproses sertifikasinya. Lebih
dari itu, pesawat prototipe merupakan pesawat produksi paling pertama
yang dibuat dan sekaligus menjadi bagian dari sejarah pabrik pesawat
terbang itu sendiri.
Siapa
yang tidak mengenal pesawat tempur Lockheed F-16 Fighting Falcon ?
Pesawat tempur digdaya dan sekaligus laris ini tentunya memiliki pesawat
prototipe yaitu YF-16. Demikian juga pesawat tempur generasi berikutnya
yaitu Lockheed F-22 Raptor memiliki pesawat prototipe YF-22 yang
berhasil mengalahkan pesawat prototipe rancangan Northrop YF-23.
Di
industri pesawat sipil, Boeing masuk ke era pesawat jet lewat prototipe
Dash 80 yang akhirnya dikenal sebagai Boeing 707 yang menjadi tonggak
awal kesuksesan Boeing menguasai pasar industri penerbangan
sipil/komersil. Pabrik pesawat asal Eropa yaitu Airbus memiliki pesawat
prototipe Airbus A300 B1 yang juga sebagai tonggal awal kesuksesan
Airbus sebagai kompetitor terkuat dari Boeing.
Sebagian besar pesawat-pesawat prototipe ini mendapat tempat kehormatan, tetap disimpan karena
telah menjadi sejarah perusahaan atau disumbangkan ke museum agar tetap
dirawat baik. YF-16 disimpan di Virginia Air & Space Center
sedangkan YF-22 disimpan di USAF Flight Test Museum. Dash 80 yang
menjadi cikal bakal Boeing 707 disumbangkan ke Smithsonian sementara
Airbus masih menyimpan Airbus A300 B1—walaupun bukan pesawat aslinya—di
sebuah hanggar display miliknya di Touluse.
Indonesia
yang memiliki pabrik pesawat PT.DI—dulunya masih bernama IPTN—memiliki
prototipe pesawat CN235 sebagai tonggak awal memproduksi pesawat sendiri
dengan bekerja sama dengan pabrik CASA, Spanyol. Dalam sejarahnya,
prototipe CN235 yang menandakan pesawat prototipe pertama, di-roll out
pertama kali tanggal 30 Desember 1983. Secara khusus Presiden
Soeharto meresmikannya dengan menyiramkan air “gege” di hidung pesawat
prototipe CN235 yang telah diberikan nama olehnya yaitu “Tetuko”
(Gatotkaca muda).
Waktu
pula yang menjawab bahwa CN235 ini menjadi pesawat yang cukup laris
dalam penjualannya khususnya sebagai pesawat angkut militer. CN235 ini
juga dikembangkan menjadi pesawat CN295 yang direncanakan akan ikut
dibuat di PT.DI untuk memenuhi pesanan TNI-AU.
Melihat
betapa pentingnya sang pesawat nomor satu itu janganlah sekiranya
sampai terjadi bila dijadikan monumen. Di biarkan ditempatkan di luar,
berkarat karena terkena panas matahari dan terkena air hujan, serta
bukan tidak mungkin menjadi sasaran coretan tangan jahil. Hal ini sudah
banyak terjadi pada monumen-monumen pesawat terbang di seluruh
Indonesia, tidak terawat karena Pemkot tidak punya anggaran untuk
perawatannya, anggaran hanya tersedia disaat pembuatan monument semata.
Contoh
nyata monumen pesawat yang tidak dirawat adalah monumen Sikumbang.
Pesawat prototipe anti gerilya buatan Nurtanio ini menjadi monumen di
daerah kawasan pabrik PT. DI, namun pada akhirnya kondisinya mengenaskan
dan baru kemudian direstorasi dan dimasukkan ke dalam hanggar museum
Lanud Husein Sastranegara. Bayangkan saja, Sikumbang dapat disebut
sebagai pionir perwujudan nyata cita-cita Nurtanio agar bangsa Indonesia
dapat berdikari dalam industri kedirgantaraan dalam bentuk PT.DI saat
ini, tapi toh nyatanya pesawat ini justru disia-siakan.
Sayang
Indonesia saat ini masih belum memiliki sebuah museum penerbangan sipil
tapi PT.DI sebagai pemilik Tetuko dan beberapa pesawat lain yang
bersejarah seperti N250 PA-1 dan PA-2 dapat menyimpannya di sebuah
hanggar miliknya untuk dipamerkan. Ini tentunya bagus sebagai tempat
belajar generasi muda dan masyarakat umum bila berkunjung ke PT.DI.
Membangun
monumen pesawat terbang sebenarnya adalah hal yang baru dan sangat
direkomendasikan, tapi jangan sampai memilih pesawat yang salah.
Boleh
saja PT.DI, dibantu Pemkot, Jasa Marga, dan TNI-AU membangun monumen
CN235 sebagai simbol kota Bandung sebagai kota Dirgantara asalkan bukan
CN235 Tetuko misalnya dengan memakai CN235 eks Merpati Nusantara yang
masih banyak terbengkalai. (Sudiro Sumbodo)
|
Refleksi 40 Tahun Pendaratan Pertama Di Bulan |
Sudiro Sumbodo, 7/19/2009 1:26:27 PM
|
|
|
"That's
one small step for a man, one giant leap for mankind", kata-kata
terkenal astronot Neil Armstrong menandai pertama kalinya manusia
menginjakan kaki di bulan, sebuah impian lama manusia yang berhasil
diwujudkan.
Pendaratan
pertama di bulan dengan astronot Neil Armstrong, Edward “Buzz” Aldrin
dan Michael Collins pada tanggal 20 Juli 1969 menandai klimaks teknologi
antariksa saat itu. Wahana roket pelontar Apollo, Saturn V bahkan
sampai saat ini masih terlihat sangat menakjubkan. Roket bertingkat tiga
yang menjadi tumpuan mengantarkan modul komando Apollo memiliki tinggi
363 feet (sekitar 111 meter) berbobot dengan bahan bakar penuh mencapai
lebih 3,000 ton dengan daya dorong mencapai 7.5 juta pon !
Saturn
V seperti roket antariksa pada umumnya berbahan bakar hidrogen cair dan
oksigen cair. Tapi bagi pendapat sebagian orang yang sinis, Perang
Dingin (Cold War)-lah yang mentenagai Saturn V mencapai bulan.
Space Race
Sebuah pendapat yang tak bisa dibantah. Proyek Apollo (dan proyek antariksa sebelumnya) adalah buntut
ketakutan sekaligus usaha mendapatkan superioritas teknologi melawan
kubu Uni Soviet. Negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat begitu
kaget dan tercenggang melihat keberhasilan pemerintahan Nikita Khruschev
meluncurkan Sputnik dan berhasil mengorbit menjadi satelit artifisial
pertama pada Oktober 1957. Kembali lagi ditohok dengan keberhasilan
kosmonot Yuri Gagarin sebagai orang pertama yang berhasil mengorbit
empat tahun kemudian.
Periode
saat itu disebut Perlombaan Antariksa (Space Race), prestise kedua
kutub dunia, komunis dan kapitalis dipertaruhkan disini. Keberhasilan
Uni Soviet bak tamparan yang menyakitkan, Amerika tertinggal jauh.
Kalau
Uni Soviet memiliki Chief Designer Sergei Korolev, Amerika beruntung
memiliki Werner von Braun yang siap menjalankan tugas badan penerbangan
dan luar angkasa yang baru terbentuk tahun 1958, National Air &
Space Administration (NASA) mengantarkan Amerika mengejar ketertinggalan
setelah kegagalan roket Vanguard. Setahun setelah Sputnik I, satelit
Explorer 1 dengan roket Juno meluncur ke luar angkasa. Beberapa bulan
setelah Gagarin, astronot Alan Shepard melakukan penerbangan suborbital
dengan Freedom 7 dengan roket Mercury.
Semua
itu belum cukup. Dihadapan kongres pada tanggal 25 Mei 1961, Presiden
terpilih John F. Kennedy demi mengejar ketertinggalan dari Uni Soviet
berkata bahwa sebelum akhir 1960, Amerika harus bisa mengirim manusia ke
bulan. Proyek antariksa kembali bergulir, John Glenn berhasil mengorbit
bumi sekaligus menutup proyek Mercury. Periode Maret 1963-November 1966
merupakan tahun proyek Gemini dengan tujuan melatih astronot di luar
angkasa yang mencakup sepuluh kali peluncuran sukses.
Pasca
keberhasilan pendaratan pertama di bulan wahana nir awak Uni Soviet
Luna 9 tahun 1966, kembali NASA menggulirkan proyek Apollo tahun 1967.
Aspek teknis termasuk kesiapan pengujian roket Saturn dipertaruhkan
disini. Terlalu percaya diri dengan proyek sebelumnya yang mulus minim
kesalahan, Apollo 1 dibuka dengan tragedi fatal. Uji peluncuran tanggal
27 Januari 1967 terjadi kebakaran di modul komando dan menewaskan ketiga
astronot.
Kematian
tiga martir itu, Ed White, Gus Grissom dan Roger Chaffe tidak membuat
gentar malah semakin membuat NASA jauh berhati-hati. Peluncuran tanpa
awak, Apollo 2 s/d Apollo 6 dilakukan untuk mencegah kejadian terulang
sekaligus untuk menguji kekuatan mesin pendorong. Baru pada tanggal 11
Oktober 1968, NASA berani meluncurkan Apollo 7 sampai kepada Apollo 10
yang berhasil melakukan perjalanan orbit sampai ke bulan.
Pendaratan
Apollo 11 menjadi klimaks suatu perjalanan panjang dan melelahkan,
sebagai bukti kedigdayaan Amerika Serikat dan terpenuhinya janji
Kennedy. Apollo 11 diikuti kemudian dengan Apollo 12. Kegagalan
pendaratan Apollo 13 tidak serta merta membatalkan Proyek Apollo. NASA
kembali meluncurkan Apollo 14 berlanjut sampai ke-17, Desember 1972.
Pemimpin
baru Uni Soviet, Leonid Brezhnev berbeda pandangan dengan pemimpin
sebelumnya memutuskan untuk menghentikan rencana proyek peluncuran roket
berawak Uni Soviet ke bulan pada tahun yang sama karena dianggap
sia-sia saja mengejar ketertinggalan. Pada saat yang sama rencana Apollo
18 s/d 20 juga dibatalkan peluncurannya, kurangnya dukungan kongres dan
publik menjadi alasan utama.
Eksplorasi
Dari
sini saja sudah tampak terlihat bahwa perjalanan ekspedisi ke bulan
sangat mahal bahkan untuk negara adidaya sekalipun. Tidak setimpalnya
hasil bila dibandingkan biaya yang dikeluarkan membuat perjalanan
kembali ke bulan kembali terhambat.
Era
1980-an dan awal 90-an, Space Race yang dilakukan Amerika Serikat, Uni
Soviet, dan pendatang baru asal Eropa, Eropean Space Agency dengan roket
Ariane jauh lebih membumi, lebih terasa manfaatnya bagi orang
kebanyakan. Penempatan satelit komunikasi, satelit penginderaan dini
(remote sensing), GPS/GLONASS, pesawat ulang alik (space shuttle),
teleskop ruang angkasa Hubble, dan Space Lab Mir adalah contohnya. Tapi
keinginan kembali ke bulan (Return To The Moon) masih menggebu-gebu,
walau jelas publik masih kembali bertanya-tanya apakah manfaat yang
dapat diambil atau sekedar nostalgia semata era 1970-an ?
Runtuhnya
Uni Soviet (dan menjadi negara Rusia) sekaligus menandai berakhirnya
Perang Dingin membalikan semua itu. Anggaran yang dulu dikucurkan dengan
mudah demi alasan prestis berakhir. Proyek akhirnya hanya mandek
sebatas konsep diatas kertas. Sebagai contoh rancangan NASA yang disusun
tahun 1980-an dan diajukan pertengahan tahun 1992 era pemerintahan
Presiden Bush dan Wapres Quayle mendapat tentangan hebat dari kongres.
Ada
setidaknya tiga proyek yang dikerjakan nanti di bulan, yaitu
penambangan isotop nuklir Helium-3 dan pemasangan kolektor surya sebagai
proyek pencarian energi alternatif serta pemasangan teleskop Nirvana,
yang dipastikan akan menghasilkan citra yang lebih baik dari teleskop
orbit Hubble.
Terkesan
muluk dan tak masuk akal karena itu berarti mau tidak mau harus
mempersiapkan cukup banyak astronot atau dalam kata lain harus membangun
koloni pekerja di bulan ! Tapi
bagi para ilmuwan NASA, bukankah dulu perjalanan ke bulan juga dianggap
muluk dan tak masuk akal ? Memang budget yang dialokasikan untuk NASA
menurun jauh pasca runtuhnya Uni Soviet, tapi toh seandainya ada apakah
publik mau menanggung kerugian jika gagal, mengingat ini akan menyerap
dana dan resiko yang jauh lebih besar daripada proyek Apollo ?
Next Space Race (To Moon)
Meskipun
kurang diapresiasi media seperti dulu, Space Race tahun-tahun ini
sebenarnya cukup marak. Karena memang dana terbatas, peluncuran “hanya”
sekedar orbiter nirawak untuk penelitian. Saat ini pemain Space Race
tidak dimonopoli oleh dua negara semata saja. Eropa lewat ESA, Jepang,
dan pemain baru yang mengejutkan, Cina dan India. Cina berhasil
meluncurkan satelit Chang’e 1 tahun 2007 guna memetakan permukaan bulan,
sementara ISRO (Indian Space Research Organisation) dengan Moon Impact
Probe, Chandrayaan-1 berhasil mendarat di permukaan bulan tanggal 14
November 2008.
Dua
negara bebuyutan yang dulu berkompetisi juga tidak mau kalah. Rusia
berencana meluncurkan Luna-Glob pada tahun 2012 nanti. Sementara NASA
telah lebih dulu meluncurkan LRO (Lunar Reconnaissance Orbiter) dengan
roket Atlas V pada 18 Juni 2009. Orbiter ini bertugas memetakan bulan
secara digital agar diketahui topografi yang jauh lebih detail.
NASA
juga berencana kembali menempatkan astronot ke bulan. Jika tidak ada
halangan yang berarti akan meluncur pada tahun 2019. Lewat proyek
Constellation, NASA akan membuat modul komando Orion yang mampu
menampung 4-6 astronot. Rencananya roket peluncur baru akan dibangun
yaitu Ares I yang berdimensi sedikit lebih pendek dari Saturn V. Sesuai
namanya, roket ini bertujuan untuk misi ke Mars tapi akan dipakai
terlebih dahulu untuk ekspedisi ke bulan. Kelak NASA juga akan membangun
Ares V yang bisa disebut sebagai roket peluncur terbesar di dunia untuk
mengangkut kargo.
Dalam
satu wawancara, Neil Armstrong pernah berujar bahwa perjalanan ke bulan
sebenarnya makin mudah (dengan kemajuan teknologi) jika dibandingkan
generasinya dulu. Tak heran badan swasta, perusahaan atau perorangan
juga berniat ikut dalam Space Race ini. Google bahkan telah menyediakan
hadiah sebesar 30 juta dollar Lunar X-Prize bagi siapapun yang berhasil
mendaratkan modul rancangannya di permukaan bulan.
Mereka-mereka
inilah yang ingin menunjukan bahwa tanpa Perang Dingin sekalipun,
ekspedisi ke bulan tetap harus dan bisa dilaksanakan. Ternyata bulan
memiliki sisi magis yang selalu ingin mengundang manusia untuk
menjelajahi dan mengeksplorasi. Bulan akan menjadi pijakan dan langkah
pertama bagi penjelajahan dan koloni manusia ke luar angkasa. Bukankah
seperti kata pepatah, perjalanan jauh selalu dimulai dengan satu langkah
? (Sudiro Sumbodo, Jakarta, 2009)
Referensi :
- Angkasa, “Misi Kembali Ke Bulan : Memperdebatkan Impian Dan Realitas”, No. 9 Juni 1992
- Angkasa, “Tragedi Apollo 13”, No.3 Desember 1995
- Gatland Kenneth, The Young Scientist Book Of Space Flight, Usborne Publishing, 1975.
- Irons-Georges, Tracy, Encyclopedia of Flight, Salem Press, 2002
Internet :
- Ares: NASA's New Rockets Get Names, http://www.nasa.gov/mission_pages/constellation/ares/ares_naming.html
- Google Lunar X-Prize, http://www.googlelunarxprize.org/
- LRO's First Moon Images, http://www.nasa.gov/mission_pages/LRO/multimedia/lroimages/lroc_
Tiga Maskapai Memberikan Ganti Rugi Akibat Keterlambatan |
Indoflyer, 5/9/2012 8:19:00 AM
|
|
|
Jakarta -
Tiga maskapai yaitu Citilink, Batavia Air dan Sriwijaya Air memberi
ganti rugi keterlambatan kepada penumpang. Maskapai Citilink membayar
denda keterlambatan sebesar Rp.93.6 juta kepada 117 penumpangnya pada
rute Surabaya-Jakarta pada hari Minggu (6/5).
Denda
ini meliputi biaya ganti rugi hotel dan ganti rugi dari maskapai karena
Flight GA018 yang direncanakan terbang pada pukul 19.40 WIB, pesawat
dari Jakarta baru tiba sejam kemudian. Saat itu Bandara Juanda telah
berhenti beroperasi sehingga penumpang baru dapat diterbangkan esok
harinya (7/5).
Sebelumnya
Sriwijaya Air telah memberikan denda keterlambatan secara langsung
kepada penumpang jurusan Balikpapan-Jakarta pada bulan Februari.
Keterlambatan selama 4 jam ini disebabkan kerusakan pada mesin pesawat.
Sedangkan
Batavia Air dikenakan sanksi pemberian kompensasi dana tunai akibat
delay lebih dari empat jam untuk rute Palangkaraya-Surabaya. Total biaya
yang dikeluarkan Batavia adalah Rp.42 juta atau Rp.300,000 per
penumpang. Flight Y6374 yang membawa 136 penumpang dewasa, 4 anak, dan 4
bayi yang dijadwalkan terbang pukul 16.35 WITA tanggal 2 Januari 2012,
terlambat karena sebab operasional.
Menurut
Peraturan Menteri Perhubungan No.92 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut yang berlaku sejak 1 Januari 2012, maskapai penerbangan yang
mengalami keterlambatan lebih dari empat jam wajib memberikan ganti rugi
sebesar Rp.300,000 per penumpang. (Sudiro Sumbodo)
|
20090702_a.html
|
AP II : Jumlah Penumpang Naik |
Indoflyer, 4/16/2012 9:32:01 AM
|
|
|
Jakarta
- Dari catatan Angkasa Pura II (AP II) terlihat adanya kenaikan jumlah
penumpang periode Januari-Februari 2012. AP II mencatat jumlah penumpang
di 12 bandara mengalami pertumbuhan 18.41% atau 12.47 juta penumpang.
Sedangkan pada tahun sebelumnya pada periode yang sama hanya 10.53 juta
penumpang.
Kenaikan
ini disebabkan perekonomian Indonesia yang cukup bagus dengan banyak
perjalanan dilakukan oleh pebisnis selain penambahan rute oleh maskapai
penerbangan. Angka kenaikan itu dirinci 10.32 juta penumpang adalah
penumpang domestik dengan sisanya 2.14 juta adalah penumpang luar
negeri.
Bandara
Soekarno Hatta tercatat sebagai bandara yang melayani jumlah penumpang
terbanyak sebesar 8.82 juta per tahun. Untuk mengantisipasi target tahun
2012 ini sebanyak 67.83 juta penumpang domestik dan 14.68 juta
penumpang luar negeri, maka AP II berusaha memperluas Terminal 3 yang
semula berkapasitas 4 juta penumpang menjadi 25 juta penumpang per
tahun.
|
Kerjasama Garuda Dan Susi Air |
Indoflyer, 4/13/2012 1:47:10 PM
|
|
|
Jakarta
- Garuda Indonesia dan Susi Air menjalin kerjasama penjualan tiket
bersama lewat nota kesepahaman kerjasama yang ditandatangani kemarin
(12/4). Lewat kerjasama
ini, Garuda dapat menyediakan tempat penjualan tiket Susi Air lewat
Garuda Online Sales sehingga calon penumpang Susi Air dapat memesan
lewat tiket online milik Garuda itu.
Sementara Garuda dapat mendapat tambahan penumpang dari Susi Air jika ingin melanjutkan penerbangannya ke rute milik Garuda. Dengan
kerjasama ini Garuda mentargetkan pendapatan Rp30 milyar dengan
perhitungan limpahan 1000 penumpang Susi Air per hari dengan transaksi
per penumpang Rp500.000-1 juta.
Ini
merupakan usaha Garuda mentargetkan pendapatan dari kerjasama dengan
perusahaan lain sebesar Rp3 trilyun atau naik 100% dari tahun lalu.
Sedangkan Susi Air mentargetkan dapat mengangkut 600.000 penumpang
dengan frekuensi 200 penerbangan per hari meningkat dari tahun lalu
sebesar 420-480.000 penumpang. (Sudiro Sumbodo)
|
|
|
Kerjasama Garuda Dan Susi Air |
Indoflyer, 4/13/2012 1:47:10 PM
|
|
|
Jakarta
- Garuda Indonesia dan Susi Air menjalin kerjasama penjualan tiket
bersama lewat nota kesepahaman kerjasama yang ditandatangani kemarin
(12/4). Lewat kerjasama
ini, Garuda dapat menyediakan tempat penjualan tiket Susi Air lewat
Garuda Online Sales sehingga calon penumpang Susi Air dapat memesan
lewat tiket online milik Garuda itu.
Sementara Garuda dapat mendapat tambahan penumpang dari Susi Air jika ingin melanjutkan penerbangannya ke rute milik Garuda. Dengan
kerjasama ini Garuda mentargetkan pendapatan Rp30 milyar dengan
perhitungan limpahan 1000 penumpang Susi Air per hari dengan transaksi
per penumpang Rp500.000-1 juta.
Ini
merupakan usaha Garuda mentargetkan pendapatan dari kerjasama dengan
perusahaan lain sebesar Rp3 trilyun atau naik 100% dari tahun lalu.
Sedangkan Susi Air mentargetkan dapat mengangkut 600.000 penumpang
dengan frekuensi 200 penerbangan per hari meningkat dari tahun lalu
sebesar 420-480.000 penumpang. (Sudiro Sumbodo)
|
|
Tiga Maskapai Siap Terbang Ke Timika |
Indoflyer, 5/3/2012 11:28:40 PM
|
|
|
Jakarta-
Batavia Air, Lion Air, dan Sriwijaya akan segera membuka rute
penerbangan ke Timika, Papua Barat. Batavia Air optimis mengingat telah
mendapatkan ijin pembukaan rute dari dan ke Timika dari Pemerintah
Kabupaten Mimika. Rencananya Batavia akan mulai terbang pada bulan Juni
2012 dengan rute Jakarta-Makassar-Jayapura-Timika. Sedangkan Sriwijaya
dan Lion Air masih dalam proses. Rencananya Sriwijaya terbang ke Timika
dengan rute Jakarta-Makassar-Timika-Merauke sedangkan Lion dengan rute
Jakarta-Makassar-Timika-Jayapura.
Walaupun
sebuah maskapai penerbangan telah mendapat ijin, masalah lainnya yang
muncul adalah infrastruktur Bandara Mozes Kilangin yang masih belum
memadai untuk layanan maskapai penerbangan selain milik Freeport. Untuk
itu Pemerintah Kabupaten Mimika akan membangun apron dan taxiway
tambahan untuk kepentingan penerbangan komersil. (Sudiro Sumbodo)
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar